Catatan Gathering Belajar Bareng Kerjoo: Mengelola Gen Z
Daftar Isi
Tim Kerjoo telah selesai mengadakan gathering HR yang bertajuk "Belajar Bareng Kerjoo: Tantangan HR dalam mengelola Gen Z di Tempat Kerja" pada hari Selasa, 30 Januari 2024 pukul 14.00 WIB.
Acara ini dilakukan secara online melalui Zoom dan dihadiri oleh peserta dari seluruh Indonesia dari berbagai kalangan. Bukan hanya praktisi HR, tapi juga ada business owner dan masyarakat umum yang antusias mengikuti.
Materi disampaikan secara interaktif oleh Bapak Supriadi Hardianto, M.Psi, seorang psikolog, sport mental coach, dan HR profesional lulusan dari Universitas Gadjah Mada. Beliau juga merupakan Head of People & Development PT Sriboga Marugame Indonesia sejak 2021 sampai sekarang.
Tantangan HR Menghadapi Gen Z di Dunia Kerja
Gen Z termasuk angkatan baru di tempat kerja yang karakternya cukup unik dan memberi tantangan baru bagi HR.
Apa saja tantangan HR dalam menghadapi Gen Z? Sebelum menjawabnya, peserta gathering mendapat kesempatan untuk berpendapat tentang karakteristik Gen Z.
Mereka adalah generasi yang melek teknologi, peduli Kesehatan mental, dan ingin bekerja nyaman dengan gaji besar. Itulah beberapa opini paling umum yang muncul. Munculnya generasi baru ini bisa jadi berkah, tapi juga musibah.
Saat ini, Gen Z di Indonesia ada 143,72 juta jiwa atau 68,63% penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik, total Gen Z di dunia kerja ada 27,94% sedangkan millenial 25,87%. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa Gen Z dan Millenial (Gen Y) berada pada persaingan karir yang sama.
- Gen Z Cenderung Cepat Resign dari Kantor
Salah satu keluhan HR dan business owner adalah gen Z yang cepat resign dari pekerjaan. Mungkin baru 2-3 bulan sudah ngilang, resign, atau pindah ke tempat lain. Terkadang pindah ke tempat lain bukan untuk posisi atau bidang yang sama.
Kondisi ini belum tentu merupakan kesalahan di sisi pekerja dari kalangan Gen Z, tapi bagaimana cara perusahaan dapat membantu Gen Z untuk berkontribusi secra penuh?
- Gen Butuh Kebebasan
Setelah masa pandemi Covid-19, dapat dilihat kecenderungan Gen Z tidak mau terlalu attached atau melekat dengan perusahaan. Sebaliknya, mereka butuh kebebasan dalam karirnya dan tidak banyak diatur.
- Paradoks dan Stigma Gen Z
Sebelumnya sudah disebutkan oleh audiens bahwa Gen Z cenderung sulit diatur, ingin kerja yang nyaman, dan sangat menjaga kesehatan mental.
Selain itu, ada juga paradoks yang sering terjadi, yaitu;
- Tech savvy vs human connection
Gen Z sejak kecil sudah terpapar teknologi. Komunikasi di dunia maya bukanlah hal asing. Mereka ekspresif, mandiri, kreatif, dan pembelajar cepat (fast learner). Tapi di sisi lain, tidak sedikit yang mengalami kendala tentang hubungan antar manusia di dunia kerja, khususnya yang berbeda generasi.
- Entrepreneurship vs traditional structures
Entrepreneurship dalam hal ini juga berkaitan dengan kreativitas dan kebebasan untuk mengerjakan apapun dan tetap punya pendapatan. Tapi, dunia tidak secepat itu berubah dalam konteks budaya.
Perubahan budaya tidak mengikuti kecepatan perkembangan teknologi. Karena cara berpikir yang ingin serba cepat itulah salah satu hal yang membuat mereka cemas.
- Idealis vs kenyataan yang kejam
Gen Z juga sangat idealis, sampai terkadang tidak 'nyambung' dengan kenyataan. Sisi positifnya, Gen Z toleran, peduli kesehatan, dan menerima perbedaan. Tapi, ada juga sisi negatifnya, yaitu malas, mudah salah paham, ketika kerja dan dedikasi kurang.
Memahami Generation Gap
Kalau kita melihat secara berurutan, posisi Gen Z dan Millenial terletak antara Baby Boomers sampai Generasi Alpha. Di sana ada perbedaan rentang usia, begitu juga tantangan yang dihadapi.
Manusia hidup dalam sebuah rentang waktu, ada survival zone, safe zone, dan comfort zone. Baby boomers ada di survival zone, begitu juga setengah generasi X.
Kemudian setengah dari generasi X dan generasi Millenial ada di safe zone, di mana dunia dalam kondisi yang aman, tidak banyak pertetangan
Sebagian generasi Millenial dan generasi Z sudah masuk ke comfort zone, yaitu dunia yang sudah tertata.
Setiap individu punya keinginan, punya kebutuhan, dan tantangan hidup masing-masing.
Jadi, untuk HR perlu melihat karyawan setiap generasi itu keinginannya apa, kebutuhannya apa, dan seperti apa tantangan hidupnya. Tantangan inilah yang berbeda di setiap generasi. Tapi, kebutuhan akan relatif sama, begitu juga keinginan.
Kesimpulan
Dengan pemahaman yang lebih luas, kita dapat memahami Gen Z secara lebih objektif, dibanding menggunakan stigma.
Pada intinya, Gen Z lahir di era kecepatan inovasi yang tidak terbatas dan sangat cepat. Hal ini mengubah sudut pandang dan prioritas hidup, mengubah cara dan alat untuk bertahan hidup.
Demikianlah catatan dari event Gathering "Belajar Bareng Kerjoo: Tantangan HR dalam mengelola Gen Z di Tempat Kerja". Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di event berikutnya!
Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari