Karyawan Malas Kerja Setelah Liburan? Ini Cara Mengatasinya!

Daftar Isi
Liburan panjang seharusnya menjadi momen untuk menyegarkan pikiran, memberikan kesempatan bagi karyawan untuk beristirahat, menghabiskan waktu bersama keluarga, dan melepaskan stres kerja.
Namun, transisi dari suasana santai kembali ke rutinitas profesional sering kali menjadi tantangan tersendiri.
Banyak karyawan mengalami kesulitan untuk kembali fokus, merasa kehilangan ritme kerja, atau bahkan mengalami demotivasi setelah menikmati kebebasan selama liburan.
Namun, kenyataannya banyak karyawan justru mengalami kesulitan kembali fokus bekerja setelah liburan usai.
Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berdampak pada produktivitas bahkan engagement karyawan secara keseluruhan.
Sebagai HR atau pemimpin perusahaan, Anda bisa mengambil langkah strategis untuk mengubah post-holiday blues menjadi momentum positif bagi tim.
Kuncinya? Mulai dengan dorongan kecil, atur ritme kerja secara bertahap, dan suntikkan semangat baru!

Faktor Penyebab Menurunnya Semangat Kerja Setelah Liburan Panjang
Karyawan yang kembali dari liburan sering kali mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan rutinitas kerja.
Beberapa penyebab utamanya antara lain
- Perubahan ritme tidur dan kebiasaan
Selama liburan, banyak karyawan terbiasa tidur lebih larut dan bangun lebih siang.
Ketika kembali bekerja, tubuh dan otak mereka masih menyesuaikan diri dengan pola tidur yang baru, yang sering kali menyebabkan kelelahan dan sulit berkonsentrasi.
- Beban kerja yang langsung menumpuk
Karyawan yang kembali dari liburan sering kali dihadapkan dengan email yang belum terbaca, tugas yang tertunda, dan tenggat waktu yang semakin dekat.
Hal ini bisa menimbulkan tekanan psikologis dan membuat mereka merasa kewalahan bahkan sebelum mulai bekerja.
- Ketidaksiapan mental untuk kembali bekerja
Setelah menghabiskan waktu bersantai, menghabiskan waktu dengan keluarga, atau berlibur ke tempat yang menyenangkan, kembali ke rutinitas kantor bisa terasa membosankan atau bahkan menurunkan motivasi kerja.
Transisi mendadak dari suasana bebas ke lingkungan kerja yang penuh tanggung jawab bisa menjadi tantangan emosional bagi sebagian orang.
- Perubahan ritme tidur dan kebiasaan
Jam tidur yang berantakan selama liburan membuat tubuh perlu waktu untuk kembali ke pola normal.
- Beban kerja yang langsung menumpuk
Saat masuk kerja, banyak karyawan dihadapkan dengan tugas yang menumpuk, memicu stres dan kelelahan mental.
- Ketidaksiapan mental untuk kembali bekerja
Setelah bersantai dalam waktu lama, motivasi untuk kembali produktif bisa menurun drastis.
Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa berdampak pada penurunan produktivitas dan bahkan meningkatkan risiko burnout dalam jangka panjang.
Cara Mengatasi Procrastination Pasca-Liburan

Alih-alih langsung tancap gas, pendekatan bertahap lebih efektif untuk mengembalikan ritme kerja.
Jika karyawan dipaksa langsung menghadapi tugas berat atau target tinggi di hari pertama kerja, mereka cenderung mengalami stres yang meningkat, kehilangan motivasi, dan bahkan menurunkan kualitas kerja.
Sebagai contoh, sebuah studi dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa karyawan yang mengalami transisi kerja yang terlalu mendadak setelah liburan cenderung lebih banyak melakukan kesalahan dan mengalami penurunan produktivitas hingga 20% dalam minggu pertama.
Oleh karena itu, perusahaan yang menerapkan strategi 'soft start'—seperti penyesuaian beban kerja bertahap dan sesi refleksi singkat—dapat membantu karyawan lebih cepat kembali ke ritme kerja optimal.
Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan:
- Mulai dengan tugas ringan – Biarkan karyawan menyesuaikan diri dengan pekerjaan secara perlahan dengan menyelesaikan tugas-tugas sederhana terlebih dahulu.
- Buat daftar prioritas yang realistis – Hindari tekanan berlebih dengan menentukan tugas paling penting dan mengerjakannya satu per satu.
- Gunakan teknik manajemen waktu – Terapkan teknik seperti Pomodoro atau time-blocking untuk meningkatkan fokus tanpa kelelahan.
- Ciptakan lingkungan kerja yang nyaman – Pastikan suasana kerja mendukung produktivitas, misalnya dengan musik ringan atau ruang kerja yang lebih rapi.
Peran HR dan Manajer dalam Memberikan Dorongan Motivasi
HR dan atasan memiliki peran besar dalam membangun kembali semangat kerja karyawan.
Namun, mereka juga menghadapi tantangan tersendiri dalam proses ini.
Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana mengidentifikasi karyawan yang mengalami penurunan morale secara signifikan, karena tidak semua orang menunjukkan tanda-tanda demotivasi secara langsung.
Selain itu, HR harus menemukan keseimbangan antara mendorong produktivitas dan memberi waktu adaptasi bagi karyawan agar tidak merasa terbebani secara mental.
HR juga sering kali dihadapkan pada ekspektasi manajemen yang menginginkan kinerja segera kembali optimal, sementara di sisi lain, karyawan masih berada dalam fase transisi.
Oleh karena itu, strategi yang diterapkan harus mampu menjembatani kebutuhan kedua pihak dengan pendekatan yang tidak hanya efektif, tetapi juga penuh empati.
Menyusun program yang fleksibel, memberikan apresiasi atas pencapaian kecil, serta memastikan komunikasi yang terbuka dapat menjadi langkah awal yang signifikan dalam mengembalikan motivasi tim.
Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:
- Morning briefing yang ringan – Ajak tim untuk berbagi pengalaman liburan secara santai sebelum mulai bekerja.
- Ucapan selamat datang kembali – Sapaan hangat dari manajer dapat menciptakan suasana yang lebih positif.
- Mini games atau ice-breaking – Aktivitas seru di awal pekan bisa membantu mencairkan suasana dan membangun kembali koneksi antar tim.
- Fleksibilitas kerja di hari pertama – Jika memungkinkan, berikan opsi WFH atau jam kerja yang lebih fleksibel agar karyawan bisa beradaptasi lebih mudah.
Studi Kasus: Perusahaan yang Berhasil Mengatasi Post-Holiday Syndrome

Beberapa perusahaan besar sudah menerapkan strategi transisi efektif untuk membantu karyawan kembali ke ritme kerja, di antaranya:
Sebuah penelitian dari Gallup menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan pendekatan transisi bertahap setelah liburan mengalami peningkatan engagement karyawan sebesar 15% dibandingkan perusahaan yang langsung kembali ke ritme kerja normal.
Misalnya, Google dikenal menerapkan "soft start week," di mana target kerja lebih ringan dan ada sesi motivasi yang membantu membangun kembali energi positif.
Selain itu, perusahaan teknologi seperti HubSpot rutin mengadakan mini challenge berbasis tim, yang terbukti meningkatkan kolaborasi dan menciptakan suasana kerja yang lebih menyenangkan.
Studi internal mereka menunjukkan bahwa inisiatif ini berhasil meningkatkan tingkat kebahagiaan karyawan hingga 20% setelah liburan panjang.
- Soft start week – Target kerja dibuat lebih ringan dalam minggu pertama setelah liburan, disertai sesi motivasi untuk membangun kembali energi positif.
- Mini challenge – Aktivitas berbasis tim seperti kuis ringan atau tantangan harian membantu meningkatkan keterlibatan karyawan.
- Sesi refleksi dan pengembangan diri – Workshop singkat atau pelatihan ringan dapat membuka mindset baru dan membuat karyawan lebih siap menghadapi tantangan kerja.
Kesimpulan
Post-holiday blues memang umum terjadi, tapi bukan berarti tidak bisa diatasi.
Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan bisa mengubahnya menjadi momentum untuk meningkatkan engagement dan produktivitas tim.
Mulailah dengan dorongan kecil, atur ritme dengan bijak, dan jangan ragu untuk menyuntikkan semangat baru!
Bagaimana strategi yang sudah Anda terapkan untuk mengatasi post-holiday blues di tim Anda? Bagikan pengalaman Anda di kolom komentar!

Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari