Dampak Resign Massal Pasca-THR: Apa yang Harus Dilakukan Perusahaan?

Faktor seperti gaji, benefit, budaya kerja, dan peluang karier lebih berpengaruh dibandingkan sekadar menunggu THR cair

Dampak Resign Massal Pasca-THR: Apa yang Harus Dilakukan Perusahaan?

Daftar Isi

Pernah mengalami siklus pengunduran diri karyawan secara bergantian setelah tunjangan hari raya (THR) dibayarkan?

Fenomena ini tentu bukan hal baru dalam dunia HR dan rekrutmen. Beberapa karyawan menganggap THR sebagai kompensasi terakhir sebelum mereka berpindah ke perusahaan lain.

Mereka menunggu THR cair agar bisa memaksimalkan pendapatan sebelum resmi mengundurkan diri.

Dari beragam sumber yang Kerjoo kumpulkan, pengunduran diri karyawan ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, seperti:

  • Ketidakpuasan gaji dan benefit dibandingkan dengan perusahaan lain.
  • Minimnya peluang karier dan pengembangan profesional.
  • Budaya kerja yang kurang mendukung kesejahteraan dan work-life balance.
  • Kurangnya apresiasi terhadap karyawan, sehingga mereka tidak merasa memiliki keterikatan dengan perusahaan.

Kerjoo akan mengulas secara detail mengenai dampak resign massal pasca-THR, strategi retensi karyawan, dan cara mengatasi kekosogan posisi kerja. Simak sampai akhir!

dampak resign massal pasca-THR

Resign Massal Setelah THR: Masalah yang Sering Terjadi

Ketika karyawan mengundurkan diri secara bergantian, atau bahkan bersamaan, maka operasional perusahaan bisa terdampak.

Meskipun strategi one month notice sudah diterapkan, namun mencari kandidat baru juga tidak semudah yang diharapkan.

Resign setelah THR akan lebih banyak menimbulkan efek domino bagi perusahaan, seperti:

  • Gangguan operasional akibat kekosongan posisi.
  • Beban kerja berlebih bagi karyawan yang masih bertahan.
  • Biaya rekrutmen dan pelatihan meningkat.
  • Penurunan morale tim dan motivasi karyawan.

Jadi, supaya dampak resign massal pasca-THR tidak semakin parah, Anda perlu memikirkan strategi retensi karyawan dan mengatasi kekosongan posisi kerja.

Sebelum itu, kenali terlebih dahulu faktor-faktor yang menyebabkan karyawan memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan.

1) Gaji dan Benefit

Hari Raya termasuk ke dalam musim rekrutmen di Indonesia. Di masa ini, perusahaan banyak membuka rekrutmen untuk karyawan baru.

Apabila karyawan merasa gaji dan benefit yang didapat kurang kompetitif dibandingkan perusahaan lain, maka besar kemungkinan mereka akan mengundurkan diri.

2) Minim Pengembangan Karier

Tidak hanya perusahaan, karyawan juga memiliki target kinerja atas dirinya sendiri. Hari Raya adalah momentum tepat untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi kinerja mereka selama ini.

Karyawan bisa saja mengundurkan diri karena minimnya kesempatan mereka untuk berkembang di perusahaan saat ini.

Mereka akan memilih karier baru, yang dapat mendukung dalam proses pengembangan diri.

3) Minim Engagement

Kurangnya keterikatan karyawan juga menyebabkan mereka kurang loyal kepada perusahaan.

Karyawan yang kurang engage dengan perusahaan dapat mengundurkan diri kapan saja meski sudah diberikan tawaran yang lebih menarik untuk bertahan.

Oleh karena itu, employer branding dan retensi karyawan merupakan dua hal yang perlu diperhatian supaya mereka dapat lebih engage dengan perusahaan.

💡
Tidak semua resign bisa dicegah, tetapi perusahaan dapat meminimalisir dampak negatif dengan strategi retensi yang tepat.

Tren Turnover Setelah THR di Berbagai Industri

Fenomena resign massal pasca-pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) telah menjadi tren yang berulang setiap tahunnya, terutama pada kuartal kedua.

Tren ini mengindikasikan adanya pergeseran signifikan dalam dinamika tenaga kerja di Indonesia.

Beberapa industri tercatat mengalami tingkat turnover lebih tinggi dibandingkan dengan industri lainnya karena beberapa faktor spesifik, seperti:

  1. Industri Ritel dan Manufaktur dengan Siklus Kerja Musiman:

Kedua industri ini sering kali mengalami lonjakan permintaan menjelang Hari Raya, yang diikuti dengan penurunan aktivitas setelahnya.

Oleh karena itu, banyak pekerja musiman yang dipekerjakan untuk memenuhi permintaan tersebut, dan setelah THR dibayarkan, mereka memilih untuk mencari peluang kerja lain yang lebih stabil.

Selain itu, faktor kelelahan setelah periode sibuk juga dapat memicu keinginan untuk mencari lingkungan kerja baru.

  1. Industri Pelayanan Pelanggan (Customer Service) dengan Tingkat Turnover Tinggi:

Industri ini dikenal dengan tingkat stres dan tekanan kerja yang relatif tinggi.

Pekerja di bidang customer service sering kali menghadapi tuntutan pelanggan yang beragam dan jam kerja yang tidak menentu.

THR menjadi momen yang tepat bagi mereka untuk mengevaluasi kembali karier dan mencari pekerjaan dengan beban kerja yang lebih seimbang.

  1. Industri Startup Teknologi dengan Peluang Karier yang Melimpah:

Ekosistem startup teknologi menawarkan banyak peluang karier yang menarik dengan gaji dan fasilitas yang kompetitif.

Setelah menerima THR, banyak karyawan yang merasa lebih leluasa untuk mengambil risiko dan mengejar peluang di perusahaan startup lain yang dianggap lebih menjanjikan.

Dampak Resign Mendadak bagi Perusahaan

resign massal pasca THR

Bayangkan jika dalam waktu singkat, beberapa karyawan andalan Anda tiba-tiba mengundurkan diri setelah menerima THR.

Tim yang sebelumnya solid kini harus menyesuaikan diri dengan kekosongan posisi yang mendadak.

Beban kerja meningkat, operasional terganggu, dan suasana kerja tidak stabil.

Situasi ini tentu menjadi tantangan sendiri bagi perusahaan. Berikut adalah Penjelasan dari Kerjoo.

1) Kekosongan Posisi yang Mengganggu Operasional

Ketika banyak karyawan resign dalam waktu bersamaan, perusahaan akan kesulitan mengisi posisi kosong dengan cepat. Ini bisa menyebabkan penurunan produktivitas dan ketidakseimbangan beban kerja dalam tim.

2) Beban Kerja Berlebih bagi Karyawan yang Masih Bertahan

Ketika rekan kerja mereka pergi, karyawan yang bertahan harus menanggung tugas tambahan. Jika dibiarkan, ini bisa memicu stres, burnout, dan resign lanjutan.

3) Biaya Rekrutmen dan Pelatihan Karyawan Baru

Turnover tinggi berarti perusahaan harus lebih sering merekrut dan melatih karyawan baru. Proses ini membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

4) Penurunan Moral dan Motivasi Karyawan

Karyawan yang masih bertahan bisa merasa tidak aman dengan posisinya jika terlalu banyak rekan kerja yang mengundurkan diri.

Situasi ini bisa menurunkan semangat kerja dan kepercayaan mereka terhadap perusahaan.

Cara HR dan Manajemen Mengatasi Kekosongan Posisi Kerja

resign massal pasca THR

Setelah resign massal terjadi, tantangan berikutnya adalah bagaimana perusahaan bisa tetap berjalan dengan lancar tanpa terlalu banyak gangguan operasional.

HR dan manajemen perlu mengambil langkah cepat untuk mengisi kekosongan posisi serta mencegah dampak berkepanjangan.

Apa saja strategi yang bisa diterapkan?

  1. Membangun Talent Pool untuk Rekrutmen Cepat

Anda dapat memanfaatkan database kandidat yang sudah pernah melamar.

Dengan demikian, Anda tidak perlu melakukan screening ulang kandidat dari awal.

Gunakan sistem Applicant Tracking System (ATS) untuk mempercepat proses hiring.

  1. Meningkatkan Promosi Internal dan Succession Planning

Berikan kesempatan promosi bagi karyawan internal untuk mengisi posisi kosong. Terlebih apabila karyawan tersebut memiliki potensi yang sama baiknya.

Sediakan program pelatihan bagi kandidat internal agar siap mengambil peran lebih besar.

Optimalkan penggunaan teknologi untuk mengurangi beban kerja manual di divisi yang terdampak resign massal.

  1. Tawarkan insentif dan exit interview

Memberikan bonus atau benefit tambahan bagi karyawan yang memilih bertahan setelah THR dapat membantu menekan turnover.

HR perlu menganalisis pola resign dan menemukan penyebab utama turnover tinggi agar dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat.

Strategi Jangka Panjang untuk Mengurangi Turnover Pasca-THR

Turnover pasca THR memang seringkali terjadi meskipun sudah menggunakan beragam strategi.

Kuncinya adalah jangan hanya mengandalkan THR sebagai bonus tahunan.

Pertimbangkan skema bonus berbasis kinerja sepanjang tahun agar karyawan tetap termotivasi.

Lingkungan kerja yang sehat dan mendukung kesejahteraan mental serta fisik karyawan akan membuat mereka lebih loyal.

Mentoring dan pelatihan dapat meningkatkan keterikatan karyawan terhadap perusahaan.

Fleksibilitas kerja dan kebijakan cuti yang lebih baik dapat meningkatkan kepuasan karyawan.

Gunakan data dari exit interview dan survei karyawan untuk mengidentifikasi pola resign dan membuat kebijakan yang lebih efektif.


Kesimpulan

Resign massal dapat merugikan operasional dan meningkatkan biaya rekrutmen.

Namun, dengan strategi yang tepat, perusahaan bisa mengurangi dampaknya dan meningkatkan retensi karyawan.

Langkah-Langkah yang Bisa Dilakukan HR untuk Mengurangi Dampak Resign Massal:

  • Menerapkan strategi retensi jangka pendek dan panjang untuk mengurangi turnover pasca-THR.
  • Menyesuaikan benefit, budaya kerja, dan jalur karier agar karyawan lebih loyal.

Dengan langkah yang tepat, perusahaan bisa mengubah tantangan resign massal menjadi peluang untuk meningkatkan employee engagement dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih stabil serta produktif.

bg ads

Aplikasi Absensi Online

Gratis Trial 14 Hari