Bekerja Lintas Generasi, Harus Ada Win-Win Solution
Daftar Isi
Apa yang seharusnya dilakukan perusahaan untuk menarik dan mempertahankan karyawan dari berbagai generasi? Mungkin pertanyaan itu sempat terlintas di benak Anda.
Mungkinkah untuk memilih hanya satu generasi untuk direkrut? Tujuannya agar tim lebih kompak dan saling memahami pola pikir dan pola kerja masing-masing. Atau mungkin mengadakan pelatihan teknologi untuk semua karyawan?
Dengan begitu, tim akan semakin inovatif dan siap beradaptasi dengan tantangan industri. Di antara banyaknya pilihan, Anda tetap bisa menyesuaikan strategi rekutmen dan kebijakan perusahaan.
Cara bekerja lintas generasi memang ada tantangannya tersendiri. Hal tersebut telah dibahas pada Gathering Belajar Bareng Kerjoo bertajuk “Rekrutmen Itu Ada Seninya! Strategi Hiring Lintas Generasi” bersama Bapak Jose Haryono Da Silva (HR Specialist) pada hari Jumat, 19 Juli 2024.
Pada event ini, peserta dapat menyimak banyak hal penting, khususnya tentang strategi rekrutmen lintas generasi. Berikut poin-poin pembahasan pentingnya.
Gambaran Mayoritas Generasi yang Ada di Industri Kerja
Sebelumnya, perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang mayoritas generasi yang kini aktif di industri kerja.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar 70,72%. Berarti, yang termasuk usia produktif adalah Gen Z, Milenial, dan Gen X.
Gen Z (27,94)
Yang termasuk gen Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1996-2010.
Millenial (25,87)
Generasi millenial adalah kelompok generasi yang lahir 1977-1995.
Gen X (21,88%)
Gen X adalah mereka yang lahir tahun 1965-1976.
Meskipun sebenarnya ada juga di luar tiga generasi itu yang sudah aktif di industri kerja, tapi porsinya tidak banyak. Seperti baby boomers yang masih dapat berperan sebagai konsultan, atau Gen Alpha (atau post Gen Z) yang perlu dipersiapkan oleh HR di masa depan.
Lalu, Anda dan tim saat ini termasuk generasi yang mana?
Bagaimana peran masing-masing generasi di industri kerja? Kalau kita berbicara masalah peran, Gen X terbilang sudah banyak pengalaman dan mereka sudah mampu menduduki peran-peran top management di perusahaan.
Gen X atau Millennial yang berada di tengah-tengah cukup dinamis, dan tidak menutup kemungkinan untuk mereka menduduki peran-peran kepemimpinan strategis.
Bagaimana dengan Gen Z? Inilah generasi yang paling banyak mengisi berbagai peran di dunia kerja saat ini.
Karakter mereka dinilai lebih kreatif dan open minded dengan akses informasi yang jauh lebih mudah daripada generasi sebelumnya. Mereka memiliki lebih banyak referensi untuk berpikir, sehingga dapat dengan cepat beradaptasi dan menempati berbagai role di industri kerja.
Apa perbedaan yang paling kentara antara Gen X, Millennial, dan Gen Z? Ini bisa dilihat dari nilai-nilai (value) dan lingkungan kerja ideal (ideal work environtment).
Bagi Gen X, kompetensi menjadi value yang penting. Berbeda dengan millennial yang lebih tertarik dengan sustainability dan work life balance. Sementara itu, untuk Gen Z, mereka menyukai personal connection.
Bagaimana dengan work style masing-masing? Secara umum, Gen X bersifat independen dan mudah beradaptasi.
Millennial tertarik pada fleksibilitas dan work life balance, sedangkan gen Z menyukai aktivitas yang bisa membentuk interpersonal skill yang kuat dan komunikasi aktif misalnya via video call.
Bagaimana Cara Mengelola Setiap Generasi?
Setelah memahami karakter umum dan apa yang mereka yakini tentang industri kerja, kini saatnya menemukan treatment terbaik untuk mereka. Karena memang setiap generasi ternyata senang diperlakukan berbeda-beda.
Gen X menyukai kesempatan pengembangan diri dan situasi kerja yang kolaboratif. Generasi millennial senang ketika perusahaan memberikan employee value proposition yang menjanjikan. Lalu, Gen Z tertarik dengan mentorship dan perhatian pada mental health sebagai pekerja.
Paradigma Baru dalam Hiring
Bagaimana bisa muncul paradigma baru dalam hiring atau rekrutmen adalah tidak lepas dari tren HR di era saat ini, yaitu terkait teknologi.
Itulah kenapa, HR perusahaan juga semestinya memiliki tim yang bisa sejalan dengan itu. Intinya beradaptasi dengan kondisi terkini.
Ada banyak sebenarnya faktor yang bisa mempengaruhi perubahan tren dalam rekrutmen, tapi secara garis besar urutannya adalah seperti berikut;
- Perkembangan Digital
- Customer Behavior
- Business Adaptability
- Recruitment & Selection Paradigm
Dari perkembangan digital yang mengubah perilaku konsumen (customer behavior), kemudian mendorong agar bisnis/perusahaan beradaptasi, salah satunya dalam hal rekrutmen tim. Itulah yang kemudian mengubah tren dan paradigma dalam rekrutmen karyawan di berbagai industri.
Pahami Hiring Trends 2024 Ini!
Hiring trends adalah pola dan perubahan dalam praktik perekrutan tenaga kerja yang terjadi selama periode waktu tertentu.
1. Fokus pada Keterampilan dan Potensi
Lebih dari sekadar pengalaman kerja atau pendidikan formal, organisasi mulai menilai kandidat berdasarkan keterampilan praktis yang relevan dan potensi untuk berkembang.
2. Penggunaan Teknologi dalam Rekrutmen
Menggunakan platform digital untuk mendukung proses rekrutmen, seperti job board online, aplikasi mobile, dan interview via video, juga menerapkan teknologi seperti analisis data dan AI untuk menilai kinerja kandidat.
3. Fleksibilitas dalam Proses
Menyesuaikan proses perekrutan dengan preferensi dan kebutuhan kandidat, seperti wawancara video atau tes keterampilan online.
4. Diversifikasi Sumber Daya
Berusaha untuk menarik kandidat dari berbagai latar belakang dan pengalaman untuk memperkaya budaya organisasi.
5. Penghapusan Bias
Menggunakan teknik dan alat untuk mengurangi bias dalam proses perekrutan, baik itu bias gender, rasial, atau lainnya.
6. Responsif terhadap Perubahan Pasar Kerja
Merespons perubahan cepat dalam kebutuhan dan pasar kerja dengan menyesuaikan strategi rekrutmen dan profil kandidat.
Bagaimana perusahaan mencari, merekrut, dan mempertahankan karyawan bisa dipengaruhi kondisi pasar tenaga kerja, kebutuhan bisnis, dan perkembangan teknologi.
Perbedaan Media untuk Informasi Rekrutmen
Perlu kita ketahui juga bahwa setiap generasi menggunakan media yang berbeda. Tentukan target kandidatnya dulu, untuk dapat menentukan media yang akan kita gunakan.
- Website Job Portal digunakan oleh semua generasi.
- LinkedIn, Instagram, Tiktok digunakan oleh generasi X, millenial , dan Z.
- Facebook digukanan oleh generasi X.
Cara reach out gen X, millenial, dan Z bisa menggunakan aplikasi WhatsApp dan Email.
Pada prinsipnya, rekrutmen adalah proses menemukan yang cocok, atau istilahnya ‘right man in the right place’, bukan tentang siapa yang terbaik. Berikut adalah skema hiring lintas generasi yang bisa digunakan.
- Job posting atau talent hunting
- Isi formulir melalui web atau Google Form
- Psikotest online
- Interview HR
- Test case
- Interview user
Dengan catatan, interview user urutannya dapat diganti dengan interview HR.
Diskusi dan Studi Kasus
Berikut adalah beberapa hasil diskusi yang telah kami rangkum dari sesi webinar Belajar Bareng Kerjoo;
"Dengan perkembangan teknologi, banyak pekerjaan baru bermunculan, tapi juga banyak yang bermunculan. Bagaimana perusahaan harus merespons? Apakah harus merekrut tenaga baru yang sudah punya kampuan khusus atau melatih tim yang sudah ada?"
Jawaban: "Saya sendiri aktif di sebuah instansi di bidang IT, jadi coba saya jawab sesuai pengalaman. Tahun kemarin ada dua role yang masih ada, tahun ini sudah tidak ada karena tergantikan oleh teknologi, dan akan selalu seperti itu.
By the case menyikapi hal tersebut memang sangat sulit mengembangkan talent yang sudah exist. Kalau mereka dikembangkan untuk satu skill baru yang sifatnya new role, mereka akan terbebani dengan role sebelumnya.
Misalnya role dia adalah cybersecurity, kemudian ada role baru bidang analis. Kecil kemungkinan dia fokus untuk belajar sekaligus menjalankan peran sebelumnya. Opsi terbaiknya adalah hiring orang baru dan memberi kesempatan orang baru tersebut untuk adaptasi."
"Bagaimana perusahaan menilai dan menyesuaikan penawaran pekerjaan agar sesuai dengan nilai-nilai dan preferensi setiap generasi?"
Jawaban: "Kembali lagi tentang cara menyiasati lintas generasi, kita harus tahu dulu preferensi setiap generasi sehingga kita bisa cari win-win solution-nya.
Tidak perlu melakukan hiring khusus gen X, khusus millenial, khusus gen Z, tapi cukup satu kali agar lebih efisien hiring cost-nya."
Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari