Kenali Alasan Gen Z yang Cepat Resign dari Tempat Kerja
Ada beberapa alasan mengapa gen Z cepat resign dari tempat kerja mereka. Bagaimanapun, eksistensi gen Z di dunia kerja
Daftar Isi
Ada beberapa alasan mengapa gen Z cepat resign dari tempat kerja mereka. Bagaimanapun, eksistensi gen Z di dunia kerja beberapa tahun terakhir telah memberi warna baru.
Dibanding pendahulunya, yaitu generasi millenial di dunia kerja, maka Gen Z disebut-sebut lebih dinamis. Hal itu sudah dibuktikan oleh berbagai data hasil penelitian.
Sebaliknya, gen Z di dunia kerja termasuk kelompok yang cepat resign dari kantor tempatnya bekerja. Mengapa demikian? Pada pembahasan kali ini, kita akan berikan ulasan tentang gen Z yang keluar masuk kantor dengan cepat.
Apa Alasan Gen Z yang Cepat Resign?
Sebelum membahas lebih detail mengenai alasan gen Z yang berpindah dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain, tahukah Anda tentang gen Z? Gen Z atau generasi Z adalah kelompok generasi yang lahir antara 1996 sampai 2012.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020, jumlah gen Z di Indonesia mencapai 75,49 juta jiwa. Angka ini setara dengan 27,94% total seluruh populasi penduduk Indonesia.
Badan Pusat Statistik juga menyatakan bahwa gen Z adalah angkatan kerja yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19 akibat perubahan jam kerja.
Meskipun terdampak pandemi, tapi gen Z masih tergolong sebagai generasi yang percaya diri. Hal itu dinyatakan juga oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) saat seleksi CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) 2022.
Lalu, seperti apa sebenarnya alasan gen Z cepat resign? Berikut alasan-alasan yang kami rangkum dari berbagai sumber.
1. Ketidaksesuaian Antara Gaji dan Tanggung Jawab
Saat melihat langsung kondisinya di lapangan, sebenarnya ada beberapa alasan mengapa gen Z resign atau keluar dari tempat kerja mereka.
Menurut survei dari JakPat, sebuah platform Jajak Pendapat, 64,9% gen Z berniat resign karena gaji yang tidak sesuai dengan tanggung jawab atau deskripsi pekerjaan (job description).
Berikutnya, 56,9% berniat resign karena jam kerja berlebihan, sedangkan 52,4% resign karena faktor budaya kerja yang tidak sehat (toxic). Sementara itu, 51,3% resign karena aturan perusahaan yang tidak jelas.
2. Gen Z Cukup Percaya Diri Dengan Skill yang Dimiliki
Badan Kepegawaian Negara (BKN) tahun 2022 menyatakan bahwa ada lebih dari 100 orang calon PNS yang mengundurkan diri.
Meskipun generasi sebelumnya menilai bahwa PNS termasuk pekerjaan impian, tapi kalangan gen Z memiliki pandangan berbeda.
Mereka cukup percaya diri untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan sesuai kualifikasi skill yang dimiliki. Kepercayaan diri tersebut juga cukup beralasan karena skill yang selaras dengan kebutuhan industri.
3. Gen Z Mencari Pekerjaan yang Bermakna
Menurut firma konsultan Oliver Wyman, 75 persen gen Z lebih mungkin dibandingkan generasi sebelumnya untuk mempertimbangkan pekerjaan lain yang lebih selaras dengan nilai (value) yang dimiliki.
Angkatan kerja yang masih muda pada umumnya banyak mencari makna untuk kehidupannya, baik untuk personal atau profesional.
Sebagian di antaranya keluar masuk pekerjaan dalam waktu singkat, sampai akhirnya menemukan apa yang benar-benar cocok. Generasi milenial pun melakukan hal yang sama, sebelum akhirnya kebanyakan menetap.
4. Mencari Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah faktor penting yang menjadi daya tarik gen Z saat mencari pekerjaan. Mereka lebih tertarik dengan jenis pekerjaan yang memungkinkan mereka dapat mengerjakan di manapun dan tidak harus ke kantor.
Selain fleksibilitas, mereka juga ingin mencari suasana kerja yang sesuai dan mendukung kesehatan mental.
Pada saat masa pandemi Covid-19, sudah banyak manajemen perusahaan yang menerapkan sistem kerja fleksibel. Sebagian karyawan tetap bisa melakukan pekerjaan kantor dengan efektif walaupun bekerja dari rumah.
Bagaimana ketika pandemi sudah selesai dan perkantoran menerapkan sistem kerja dari kantor (work from office) lagi? Tidak sedikit yang memilih resign dan mencari tempat lain yang menawarkan kesempatan kerja fleksibel.
5. Tempat Kerja Tidak Mendukung Kemajuan Karier
Memiliki pekerjaan yang menyenangkan memang memperkaya pengalaman hidup. Tapi, terkadang pekerjaan dapat memicu stres yang signifikan. Kenyataannya, sebagian stres dibutuhkan agar bisa terpacu untuk maju.
Kecuali jika Anda merasakan bahwa di tempat kerja sekarang sudah tidak ada potensi untuk mengembangkan karier. Kalau seperti itu, berarti sudah saatnya berpindah ke tempat yang baru.
Mengingat gen Z secara usia juga masih relatif muda, jadi masih ada waktu untuk eksplorasi banyak hal baru.
6. Mengalami Burnout
Burnout dapat memengaruhi karyawan di industri dan posisi apa pun serta merampas kebahagiaan yang pernah dirasakan individu di tempat kerja.
Bukan hanyak gen Z yang rentan burnout sampai resign, tapi setiap generasi juga mengalami. Hanya saja, cara menyikapinya berbeda-beda.
Beberapa tanda-tanda burnout antara lain; motivasi menurun, tidak produktif, bad mood yang berkepanjangan, tidak ada keterlibatan dengan pekerjaan dan rekan kerja.
Faktor penyebab burnout antara lain; beban kerja yang terlalu banyak, jam kerja panjang, dan ekspektasi kerja yang tidak sesuai.
Cara Menyikapi Gen Z di Dunia Kerja
Orang-orang dari generasi yang berbeda cenderung memiliki pandangan yang berbeda tentang dunia kerja. Dalam hal ini, gen Z belum tentu memiliki pandangan yang sama seperti Baby Boomer, Gen-X atau bahkan generasi millennial.
Hal ini penting untuk para business owner untuk memahami pengalaman dan motivasi generasi ini. Saat karyawan dari kalangan gen Z mengundurkan diri, tentu saja perusahaan akan segera mencari pengganti.
Jadi, apa saja yang harus dilakukan untuk menyikapi gen Z di dunia kerja?
1. Memimpin dengan Memberi Contoh
Faktor kepemimpinan juga termasuk alasan mengapa gen Z cepat resign. Pada umumnya gen-Z tidak begitu tertarik untuk diberi tahu tentang apa yang harus dilakukan. Mereka memiliki tipe kepatuhan berbeda dari generasi sebelumnya.
Karena itu, memimpin dengan memberi contoh menjadi lebih penting dari sebelumnya. Lali, tempatkan mereka pada posisi di mana mereka melihat diri mereka memiliki kontribusi besar dalam pekerjaannya.
2. Menerapkan Gaya Manajemen yang Fleksibel
Pekerja gen-Z lebih cenderung bertahan dengan perusahaan yang menawarkan pekerjaan yang bermakna dan ada rasa memiliki.
Perusahaan harus fokus pada pengembangan budaya tempat kerja yang mendukung kualitas ini untuk menarik dan mempertahankan bakat gen-Z. Untuk mengelola pekerja gen-Z, sebaiknya lebih memahami nilai-nilai dan fleksibilitas gaya manajemen.
3. Memiliki Harapan yang Jelas
Pemimpin harus bersiap untuk mengelola Gen-Z melalui hasil. Mereka termotivasi secara berbeda dan bekerja secara berbeda dari generasi sebelumnya, tetapi mereka akan menyelesaikan pekerjaan.
Pemimpin perlu menetapkan harapan yang jelas untuk hasil pekerjaan. Pertemuan mingguan satu lawan satu akan memastikan bahwa mereka berada di jalur yang benar dan akan memberikan momen pembinaan. Ini mungkin model untuk generasi lain juga.
4. Mengoptimalkan Penerapkan Teknologi
Gen-Z cenderung dibesarkan dalam kenyamanan dengan teknologi. Mereka terlahir dengan kemudahan bawaan untuk berinteraksi. Mereka memandang dunia sebagai tempat yang dapat diakses.
Karena kemudahan itu, mereka tertarik dengan ide-ide baru, ide besar, dan inovatif. Ada banyak trik mempertahankan gen Z agar dapat memberikan kontribusi lebih lama di pekerjaan.
Dalam aspek teknologi, pemberi kerja dapat memastikan hal-hal apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh tim. Khususnya angkatan kerja generasi muda yang masih mencari banyak hal baru dalam kariernya.
Kesimpulan
Resign dari pekerjaan adalah salah satu keputusan besar yang berpengaruh penting untuk masa depan. Pengaruhnya bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga bagi perusahaan yang bersangkutan.
Agar tim tidak cepat resign, memang ada beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh perusahaan.
Menyederhanakan sistem birokrasi atau alur kerja di perusahaan juga termasuk upaya realistis untuk menjaga SDM Anda agar tidak cepat berpindah. Pengelolaan kehadiran karyawan dan review kinerja kini lebih mudah dengan aplikasi Kerjoo.
Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari