Mengapa Bisnis Ritel Banyak yang Tutup? Ketahui Penyebabnya!
Seperti apa tren bisnis ritel di Indonesia saat ini? Temukan juga contoh kasus gerai ritel yang menutup layanannya
Daftar Isi
Saat Anda melakukan aktivitas sehari-hari, pasti sudah tidak asing dengan keberadaan toko kelontong, kios, atau minimarket yang merupakan usaha ritel. Usaha atau bisnis ritel adalah penjualan barang dan jasa dalam jumlah kecil atau eceran kepada pelanggan di dalam toko atau online.
Istilah ritel (retail) atau pengecer memang sudah familiar di dalam bisnis atau perekonomian. Karena pandemi Covid-19 beberapa gerai ritel terkena dampaknya sampai menghentikan operasional, tutup untuk sementara atau permanen.
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), kondisi industri ritel di Indonesia sebenarnya masih cukup menjanjikan. Walaupun dalam waktu 15 bulan belakangan, belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi.
Pada ulasan kali ini akan kita bahas tentang tren industri ritel terbaru di Indonesia, termasuk tentang penutupan sejumlah gerai ritel modern. Anda bisa menemukan penyebab tutupnya bisnis ritel dan juga solusi yang dapat dilakukan.
Apa Itu Bisnis Ritel dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Ritel adalah bisnis yang menjual barang atau jasa kepada pelanggan untuk konsumsi, kebutuhan, atau keinginan mereka. Umumnya aktivitas penjualan barang dan jasa dilakukan di dalam toko atau gerai. Tapi beberapa barang mungkin dijual secara online atau melalui telepon, dan kemudian dikirimkan ke pelanggan.
Pelaku industri retail menjual barang atau komoditas dengan jumlah kecil ke konsumen akhir (end user). Transaksi ritel terjadi di satu titik pembelian dalam bentuk toko fisik, situs web, penjualan langsung, atau melalui katalog.
Sebagian besar pengecer tidak memproduksi produk mereka sendiri. Tapi, mereka membeli dari grosir dalam volume besar dan menjual produk ini ke publik atau pelanggan. Dengan kata lain, pengecer adalah perantara dalam rantai pasokan (supply chain) komersial antara grosir dan pengguna akhir.
Bagaimana Cara Kerja Ritel?
Pada umumnya, retail menerapkan sistem untuk suplai barang yang akan dijual. Ritel beroperasi melalui rantai pasokan yang terdiri dari produsen, grosir, pengecer, dan konsumen.
Setiap bagian dari rantai pasokan sangat penting untuk menjaga agar industri ritel tetap berjalan. Karena itu, perusahaan retail melakukan kerjasama dengan bisnis lain.
Contoh rantai pasokan dalam industri ritel adalah seperti berikut;
- Produsen memproduksi barang dari bahan mentah
- Pedagang grosir membeli barang dari produsen dengan tarif bisnis atau harga grosir
- Pengecer membeli barang dari pedagang grosir dalam jumlah besar dengan harga lebih murah
- Pengecer menjual barang dalam jumlah kecil kepada konsumen akhir
- Konsumen membeli barang untuk penggunaan pribadi sesuai harga yang ditetapkan
Rantai pasokan membantu produsen agar tidak harus memasarkan barang mereka sendiri agar dapat menekan biaya.
Keberhasilan ritel sangat bergantung pada user experience yang positif. Di ritel, penjualan bergantung pada pemenuhan permintaan pelanggan yang terus berubah.
Ekspektasi pelanggan sangat bervariasi tergantung pada lokasi geografis, musim, tren saat ini, dan banyak faktor lainnya. Pelaku bisnis ritel terbaik seharusnya selalu berusaha menjual produk yang tepat dengan harga yang tepat.
Jenis-Jenis Bisnis Ritel
Selanjutnya, kenali tentang jenis-jenis ritel. Ada apa saja? Jenis bisnis ritel bisa dilihat dari skala usaha, kepemilikan, produk yang dijual, dan lokasi penjualan. Berikut penjelasannya satu per satu.
1. Berdasarkan Skala Usaha
Dilihat dari skala usaha, ada ritel berskala besar dan ritel berskala kecil.
Ritel Berskala Besar
Ritel skala besar melakukan penjualan barang dengan jumlah yang banyak atau skala besar. Di dalamnya ada beragam pilihan produk yang lengkap, misalnya toko serba ada dan department store.
Ritel Berskala Kecil
Ritel skala kecil umumnya menawarkan atau menjual produk dengan jumlah yang terbatas. Contohnya adalah pedagang kaki lima dan pedagang keliling.
2. Dari Segi Kepemilikan
Menurut kepemilikannya, ada 3 jenis ritel yaitu; ritel mandiri, waralaba (franchise), dan ritel kelompok usaha.
Ritel Mandiri
Ritel mandiri bergerak secara independen, dengan operasional yang tidak tergantung ke pihak lain. Misalnya toko kelontong dan warung sembako.
Ritel Waralaba
Ritel waralaba menjual produk yang sejenis dengan pemilik bisnis yang membuka franchise, jadi tidak memulai dari nol. Pihak ritel waralaba cukup mengikuti aturan main dari pusat dan membuat kesepakatan, contohnya Alfamart dan Indomaret.
Retail Kelompok Usaha
Jenis ritel ini adalah kelompok usaha retail yang terkait atau terhubung dalam satu lingkup manajemen, contohnya adalah department store dan swalayan.
3. Menurut Produk yang Dijual
Dilihat dari jenis produk yang dijual, ada 3 kategori ritel yang berbeda, yaitu.
Product Retail
Product retail fokus dengan penjualan produk tertentu dengan target market spesifik, contohnya adalah bisnis yang menjual produk baju bayi.
Service Retail
Bukan hanya menjual barang, tapi ada pula usaha ritel yang fokus menawarkan jasa, contohnya bengkel motor, rental mobil, dan sewa apartemen.
Non-Store Retail
Non-store retail adalah usaha ritel yang nawarkan barang melalui media tertentu. Contohnya adalah menjual minuman kemasan dengan vending machine.
4. Berdasarkan Lokasi Penjualan
Selanjutnya, klasifikasi ritel dilihat dari tempat jualan. Berdasarkan lokasinya, ada usaha ritel yang menempati lahan komersial atau strip mall dan ritel yang menempati satu kawasan bangunan yang sama.
Data Penjualan Ritel di Indonesia
Bagi Anda yang berkecimpung di dalam usaha ritel, tentu akan sangat penting memahami data seputar industri ritel terkini di Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia, dilansir oleh tradingeconomics.com, penjualan ritel di Indonesia tumbuh 0,7% pada bulan Desember 2022.
Ini adalah peningkatan penjualan ritel selama 15 bulan berturut-turut, tetapi laju terlemah sejak September 2019 di tengah dampak suku bunga yang lebih tinggi.
Penjualan naik lebih lambat untuk makanan, minuman, dan tembakau (0,5% vs 4,8% di bulan November) dan pakaian (12,7% vs 17,1%), di tengah penurunan penjualan bahan bakar yang lebih cepat (-10,4% vs -5,7%).
Sementara itu, penjualan terus turun untuk peralatan rumah tangga (-10,2% vs -14,2%) dan suku cadang dan aksesoris otomotif (-8,2% vs -9,5%). Di sisi lain, penjualan produk budaya dan rekreasi meningkat (8,2% vs 5,8%), di tengah peningkatan penjualan produk/layanan informasi dan komunikasi (16,6% vs -16,3%).
Contoh Studi Kasus Ritel Modern yang Menutup Layanan
Terlepas dari data pertumbuhan penjualan ritel di Indonesia saat ini, di saat yang sama juga banyak berita tentang pusat perbelanjaan atau mall yang sepi. Di Indonesia, wilayah dengan jumlah mall terbanyak adalah DKI Jakarta.
Menurut data Asosiasi Persatuan Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD DKI, jumlah mall di Jakarta ada sebanyak 96 mall.
Dilansir oleh CNBC Indonesia dan Katadata saat bertumbuhnya industri ritel dan pembangunan mall baru, ternyata sebagian pusat perbelanjaan yang dulu menjadi favorit masyarakat, sekarang justru meredup dan ditinggalkan pengunjung. Contohnya adalah Plaza Semanggi, Glodok City, Blok M, dan yang terbaru adalah beberapa gerai transmart.
Berdasarkan pantauan tim Katadata (25/01), beberapa Transmart di Jakarta dan Depok tutup secara permanen. Salah satunya adalah Transmart ITC Kuningan, Jakarta Selatan yang tutup sejak 31 Oktober 2022.
Pihak Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) menyatakan bahwa hal ini terjadi karena beberapa hal.
Perubahan Pola Belanja Masyarakat
Perubahan tren belanja masyarakat tentunya sangat mempengaruhi. Ada perubahan dalam transaksi jual beli, sebelumnya dilakukan dengan membeli langsung atau tatap muka dengan penjual, sekarang cukup lewat online.
Pergeseran Fungsi Pusat Perbelanjaan
Fungsi pusat perbelanjaan tidak lagi hanya menjadi tempat belanja, khususnya pusat perbelanjaan di kota besar. Fungsi mall selalu berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan gaya hidup pengunjung.
Sebelumnya untuk belanja, tapi sekarang lebih banyak menjadi tempat interaksi sosial dan untuk menunjukkan eksistensi.
Persoalan Aksesibilitas
Kemudahan akses adalah pertimbangan besar untuk orang-orang yang akan pergi ke mall, apalagi jika ada kemacetan lalu lintas. Hal itu adalah masalah yang serius khususnya untuk masyarakat Jabodetabek.
Jika mall tidak menawarkan sesuatu yang menarik, masyarakat lebih memilih belanja online.
Lebih lanjut, APPBI mengungkapkan bahwa pusat perbelanjaan yang sekarang masih tetap ramai karena adanya inovasi baru. Pusat perbelanjaan juga menawarkan fungsi yang lain selain untuk belanja.
Khususnya terkait gaya hidup yang memberi pengalaman menarik dan dan bisa ditunjukkan di media sosial.
Bukan semata-mata menjadi masalah pada industri ritel, tapi sepinya pengunjung mall akan berdampak kepada aspek ketersediaan lapangan kerja.
Solusinya bisa diselaraskan dengan tren dan kebutuhan masyarakat yang dinamis. Dengan demikian, bisnis ritel modern tersebut bisa bertahan dan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak.
Kesimpulan
Pada dasarnya, ritel adalah bisnis yang melibatkan penjualan barang eceran atau jasa kepada konsumen langsung. Konsumen membeli produk atau jasa dari ritel bertujuan untuk mengonsumsi atau menggunakan secara pribadi dan tidak untuk menjualnya kembali.
Ada beberapa jenis ritel yang dilihat dari skala usaha, kepemilikan, produk yang dijual, dan lokasi penjualan. Data penjualan ritel di Indonesia pasca pandemi Covid-19 menunjukkan kenaikan. Tapi, di sisi lain juga ada banyak fenomena penutupan gerai ritel, khususnya pusat perbelanjaan atau mall di kota besar.
Gerai ritel yang tutup bisa berdampak ke pekerja yang kehilangan pekerjaan atau terpaksa di-PHK. Tutupnya ritel modern terjadi karena beberapa hal, seperti; perubahan gaya hidup masyarakat dan perubahan fungsi ritel modern itu sendiri.
Itulah mengapa, inovasi pada industri ritel adalah sesuatu yang harus terus diupayakan agar tetap relevan dengan kebutuhan konsumen.
Apapun strategi bisnis yang Anda terapkan, pastikan untuk maksimalkan aspek pendukung yang tim Anda butuhkan. Salah satunya adalah presensi kehadiran yang lebih mudah dan fleksibel seperti yang ditawarkan aplikasi Kerjoo. Cari tahu caranya lebih lanjut dengan cara klik di bawah ini.
Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari