Remote Work: Strategi untuk Mempertahankan Produktivitas dan Keterlibatan Karyawan Jarak Jauh

Daftar Isi
Remote work atau yang lebih dikenal sebagai kerja jarak jauh, merupakan gaya kerja yang tidak mewajiban karyawan untuk bekerja di kantor.
Gaya kerja ini sudah lama menggeser paradigma lama tentang kerja nine to five, menciptakan budaya kerja baru yang lebih fleksibel.
Survei Gallup mencatat, bahwa 55% orang dewasa yakin kalau pekerja jarak jauh tidak kalah produktif dengan karyawan di kantor.
Namun Anda pasti khawatir, bagaimana menjaga produktivitas tim remote karena minim pengawasan dari perusahaan?
Aplikasi absensi online Kerjoo akan mengulas mengenai apa itu remote work, tantangan, dan juga strategi yang bisa Anda terapkan di perusahaan.
Apa Itu Remote Work
Remote work bukan hanya tentang meminta karyawan untuk bekerja dari mana saja, melainkan menciptakan budaya kerja baru yang lebih sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Pandemi covid-19 mempercepat perkembangan remote work di dunia kerja, tidak terkecuali Indonesia.
Mulanya, banyak perusahaan yang terpaksa menerapkan sistem kerja jarak jauh ini, namun sampai saat ini justru berkembang menjadi gaya kerja baru.
Ini karena kerja jarak jauh memberikan beberapa keuntungan bagi perusahaan dan karyawan, diantaranya:
- Fleksibilitas waktu dan lokasi.
- Efisiensi biaya kantor dan operasional.
- Akses ke talent global.
- Peningkatan produktivitas.
Dengan sistem monitoring yang tepat, Anda dapat mengelola kinerja tim jarak jauh menjadi lebih produktif dan efisien.

Tantangan Mengelola Tim Jarak Jauh
Disamping keuntungan kerja remote, tentunya ada juga tantangan yang dihadapi, baik tantangan produktivitas ataupun engagement.
Berikut adalah penjelasan dari Kerjoo.
Kurangnya Interaksi Sosial
Salah satu kekhawatiran terbesar dalam kerja jarak jauh adalah menurunnya kualitas hubungan antar anggota tim.
Interaksi informal seperti ngobrol santai di pantry atau makan siang bersama kini hilang. Akibatnya, karyawan merasa kurang terhubung dengan tim.
Anda pasti pernah mendengar cerita karyawan yang merasa "asing" dalam tim meskipun sudah bekerja bersama selama berbulan-bulan secara remote.
Tanpa interaksi sosial yang cukup, kepercayaan tim bisa menurun, dan kolaborasi bisa menjadi kaku.
Untuk itu, Anda perlu memfasilitasi momen sosial, meski secara virtual.
Menjadwalkan coffee break online, game night virtual, atau bahkan sekadar sesi ngobrol santai bisa menjadi cara sederhana untuk menjaga kedekatan tim.
Potensi Miskomunikasi
Komunikasi adalah kunci keberhasilan kerja remote.
Sayangnya, ketika semua serba digital, risiko miskomunikasi jadi semakin tinggi. Pesan bisa disalahartikan, konteks bisa hilang, dan informasi bisa terlewat.
Tanpa struktur komunikasi yang jelas, konflik kecil bisa membesar, dan pekerjaan bisa jadi tidak sinkron.
Inilah mengapa Anda perlu menetapkan standar komunikasi—kapan harus email, kapan harus chat, kapan perlu video call.
Sulitnya Monitoring Kinerja
Tanpa kehadiran fisik, bagaimana Anda memastikan bahwa semua orang bekerja sesuai ekspektasi?
Monitoring kinerja dalam sistem remote memang membutuhkan pendekatan yang berbeda.
Jam kerja bukan lagi tolok ukur utama. Yang perlu Anda ukur adalah hasil kerja, kontribusi terhadap tim, dan keterlibatan dalam proyek.
Manfaatkan tools digital dan pendekatan berbasis data, supaya monitoring bisa dilakukan lebih transparan dan adil.
Risiko Isolasi dan Burnout
Ironisnya, meski kerja dari rumah terdengar menyenangkan, banyak karyawan justru mengalami kelelahan mental.
Tidak ada batasan jelas antara jam kerja dan waktu istirahat membuat mereka terus "on" sepanjang hari.
Sebagai HR, Anda punya tanggung jawab penting untuk menjaga kesejahteraan mental karyawan.
Pastikan mereka punya waktu istirahat, cuti yang dihargai, dan akses ke dukungan psikologis jika dibutuhkan.
Strategi Menjaga Komunikasi dan Kolaborasi Tim Remote
Untuk mengatasi tantangan remote work, Anda memerlukan strategi menjaga komunikasi dan kolaborasi antar tim.
Jadwal Meeting Rutin & Check-in Mingguan
Meeting rutin—baik dalam skala tim maupun antar departemen dapat menjadi check in rutin untuk menyamakan persepsi dan menyelesaikan kendala.
Namun frekuensi meeting juga perlu tetap proporsional. Terlalu banyak bisa mengganggu alur kerja, terlalu sedikit bisa membuat tim merasa terabaikan.
Gunakan pendekatan fleksibel sesuai kebutuhan tim Anda. Pertimbangkan juga time zone jika tim Anda tersebar di berbagai daerah atau negara.
Pastikan agenda meeting jelas, waktu efektif, dan ada follow-up setelahnya. Dengan begitu, tim tetap terhubung tanpa merasa terbebani.
Gunakan Tools Digital: Slack, Zoom, Notion, Google Workspace, Kerjoo
Beragam tools digital kini tersedia untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi tim jarak jauh.
Anda tinggal memilih yang paling sesuai dengan gaya kerja perusahaan. Beberapa tools populer dan terbukti efektif di antaranya:
- Aplikasi Absensi Kerjoo: untuk presensi dan memantau kinerja karyawan remote.
- Slack / Microsoft Teams: untuk komunikasi harian yang cepat dan terstruktur melalui kanal-kanal tematik.
- Zoom / Google Meet: untuk meeting video yang mendukung interaksi visual dan diskusi real-time.
- Notion / Trello / Asana: untuk manajemen proyek, dokumentasi, dan to-do list kolaboratif.
- Google Workspace: mulai dari Google Docs, Sheets, Drive, hingga Calendar—semua mendukung kerja tim secara simultan.
Pilih satu atau dua untuk masing-masing kebutuhan, dan pastikan seluruh tim paham cara menggunakannya dengan optimal.
Aturan Komunikasi: Kapan Asynchronous vs Synchronous
Biasanya, tim remote tidak dapat membedakan antara komunikasi sinkron (langsung) dan asinkron (tertunda).
Sampaikan kepada tim kapan mereka perlu merespons segera (synchronous), dan kapan mereka bisa membalas di waktu luang (asynchronous). Contohnya:
- Synchronous: Urusan mendesak, diskusi strategis, atau penyelesaian konflik → gunakan call/video call.
- Asynchronous: Pembaruan status, review dokumen, feedback proyek → cukup melalui email atau chat.
Sebagai HR, Anda bisa membuat guideline komunikasi internal yang mencakup etika membalas pesan, waktu kerja yang fleksibel, serta zona waktu karyawan.
Ini membantu menciptakan budaya kerja jarak jauh yang sehat dan efisien.
Aktivitas Nonformal: Virtual Coffee Break atau Team Games
Jangan abaikan sisi sosial dalam tim remote. Interaksi nonformal sangat penting untuk membangun kedekatan, kepercayaan, dan semangat kerja.
Walau tidak bisa kumpul di kantor, bukan berarti Anda tidak bisa menciptakan momen kebersamaan. Beberapa ide yang bisa Anda coba:
- Virtual coffee break setiap Jumat sore.
- Game malam dengan kuis online atau game ringan seperti Skribbl, Gartic, atau Among Us.
- Sharing session: karyawan bisa berbagi cerita hobi, tips kerja, atau sekadar curhat.
Dengan demikian, karyawan akan merasa lebih terhubung, lebih loyal dan produktif.
Jadi, yuk mulai agendakan momen-momen santai yang justru bisa jadi pemantik semangat kerja!
Cara Mengukur Produktivitas dan Kinerja Karyawan Remote
Supaya Anda dapat mengukur produktivitas dan kinerja karyawan remot, Anda dapat melakukan langkah-langkah di bawah ini:
Fokus pada Output, Bukan Jam Kerja
Salah satu prinsip dasar kerja jarak jauh adalah fleksibilitas.
Maka dari itu, mengukur kinerja berdasarkan jam kerja tidak lagi relevan. Fokus Anda seharusnya bergeser pada output dan kualitas hasil kerja.
Artinya, Anda tidak perlu memantau berapa lama karyawan online, melainkan apa saja yang mereka selesaikan.
Ini lebih adil, lebih manusiawi, dan mendorong semangat ownership dari setiap individu.
Sebagai HR atau manajer, Anda bisa menetapkan target mingguan atau bulanan yang terukur, lalu lakukan evaluasi secara berkala.
Dengan begitu, karyawan merasa lebih bebas, tapi tetap bertanggung jawab terhadap hasil.
Penggunaan OKR/KPI Berbasis Hasil
Untuk mengukur kinerja secara lebih sistematis, Anda bisa mengadopsi sistem OKR (Objectives and Key Results) atau KPI (Key Performance Indicators).
Keduanya fokus pada hasil yang ingin dicapai, bukan proses teknis harian.
- OKR membantu mengarahkan fokus tim pada tujuan besar yang ingin diraih dalam periode tertentu.
- KPI lebih cocok untuk mengukur performa kuantitatif, seperti jumlah leads, revenue, atau tingkat kepuasan pelanggan.
Kunci dari keberhasilan sistem ini adalah keterbukaan.
Libatkan karyawan dalam proses penetapan target. Buat sesi regular untuk review OKR/KPI, dan evaluasi secara transparan.
Dasbor Kinerja Digital & One-on-One Feedback
Untuk mempermudah pemantauan, Anda bisa menggunakan tools seperti ClickUp, Weekdone, atau bahkan Google Sheets yang dirancang jadi dasbor kinerja.
Ini membantu Anda melihat progress tim secara visual dan real-time.
Namun jangan lupakan aspek humanis: lakukan sesi one-on-one feedback secara berkala.
Dalam sesi ini, Anda bisa memberi apresiasi, menyampaikan kritik konstruktif, dan mendengarkan insight dari karyawan.
Komunikasi dua arah jauh lebih efektif daripada hanya sekadar laporan mingguan.
Dengan pendekatan ini, Anda bukan hanya mengevaluasi, tapi juga membangun hubungan kerja yang sehat.
Survei Kepuasan dan Pelaporan Mandiri (Self-Report)
Survei internal bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk mengukur engagement dan kesejahteraan tim remote.
Anda bisa menggunakan Google Forms, Typeform, atau platform HRIS yang sudah menyediakan fitur ini.
Beberapa poin penting dalam survei:
- Tingkat kepuasan kerja.
- Keseimbangan hidup dan kerja.
- Dukungan yang dirasakan dari tim/manajer.
- Kendala utama yang dihadapi.
Selain itu, encourage karyawan untuk membuat pelaporan mandiri mingguan (self-report). Ini bisa dalam bentuk jurnal kerja singkat, refleksi harian, atau catatan progres.
Dari data ini, Anda bisa mengambil langkah strategis untuk memperbaiki sistem kerja dan meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan.
Tips Menjaga Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi bagi Karyawan Remote

Jadwal Kerja yang Konsisten
Salah satu tantangan utama kerja remote adalah hilangnya batasan antara waktu kerja dan waktu pribadi.
Tanpa perjalanan ke kantor atau rutinitas fisik lainnya, banyak karyawan kesulitan menetapkan jam kerja yang jelas.
Akibatnya, mereka bisa bekerja terus-menerus tanpa sadar—dan itu jelas tidak sehat.
Sebagai HR, Anda bisa membantu dengan mendorong pembentukan jadwal kerja yang konsisten.
Artinya, setiap karyawan diharapkan punya waktu mulai dan waktu selesai kerja yang stabil.
Ini bukan berarti Anda mengembalikan sistem 9-to-5 yang kaku, tapi lebih kepada memberikan struktur dan ritme agar produktivitas tetap terjaga tanpa mengorbankan kesehatan mental.
Aturan Non-Distraksi & Batas Waktu Kerja
Ketika bekerja dari rumah, distraksi sangat mudah datang: anak-anak, media sosial, tugas rumah, dan sebagainya.
Maka, penting bagi karyawan untuk menetapkan zona kerja yang minim gangguan.
Namun, Anda juga bisa berperan aktif sebagai HR untuk menciptakan budaya fokus dan batasan waktu kerja.
Berikut beberapa tips yang bisa Anda bagikan ke tim:
- Buat to-do list di pagi hari dan evaluasi di sore hari.
- Gunakan teknik pomodoro atau blok waktu fokus (deep work).
- Matikan notifikasi aplikasi pribadi saat jam kerja.
- Tentukan jam “sunset” di mana semua aktivitas kerja selesai.
Ingatkan bahwa bekerja lembur secara terus-menerus bukan tanda komitmen, tapi bisa menjadi tanda ketidakseimbangan.
Dengan menciptakan budaya kerja yang menghargai waktu istirahat, Anda akan membantu tim menjaga performa jangka panjang.
Program Wellness
Remote work seringkali membuat karyawan merasa terisolasi, bahkan depresi.
Sebagai HR yang proaktif, Anda bisa menjadi garda depan dalam mempromosikan kesehatan mental dan emosional tim melalui berbagai program wellness.
Beberapa inisiatif yang bisa Anda terapkan:
- Sesi meditasi atau yoga online setiap minggu.
- Konsultasi psikolog gratis atau bersubsidi untuk karyawan.
- Hari tanpa meeting (meeting-free day) agar karyawan bisa recharge.
- Digital detox challenge, misalnya tidak membuka laptop setelah pukul 7 malam.
Program-program ini bukan hanya membantu karyawan merasa lebih seimbang, tetapi juga menciptakan budaya perusahaan yang peduli.
Hasilnya? Retensi meningkat, performa membaik, dan employer branding Anda akan naik kelas.
Cuti Tetap Dijaga Meskipun WFH
Satu kesalahan umum dalam budaya remote adalah menganggap bahwa karena bekerja dari rumah, karyawan tidak butuh cuti.
Padahal, cuti tetap penting—bahkan lebih penting—untuk menghindari kelelahan berkepanjangan.
Sebagai HR, Anda harus secara aktif mendorong karyawan mengambil cuti tahunan, bahkan jika mereka tidak bepergian.
Istirahat dari pekerjaan tetap diperlukan untuk kesehatan mental dan keseimbangan hidup.
Buatlah sistem cuti yang mudah diakses, tidak menyulitkan, dan jelas alurnya.
Dengan menjaga hak cuti karyawan, Anda tidak hanya mematuhi regulasi ketenagakerjaan, tetapi juga memperkuat empati dalam budaya kerja perusahaan.
FAQ: Pertanyaan Umum tentang Remote Work
Beberapa pertanyaan umum tentang remote work antara lain:
- Apa Perbedaan Remote dan Hybrid Work?
Remote work berarti semua pekerjaan dilakukan sepenuhnya dari luar kantor, tanpa keharusan hadir secara fisik.
Sementara itu, hybrid work adalah gabungan antara kerja di kantor dan dari jarak jauh.
Dalam model hybrid, biasanya karyawan memiliki jadwal tertentu untuk masuk kantor, sementara hari lainnya bisa bekerja dari rumah atau lokasi lain.
- Apakah Semua Jenis Pekerjaan Bisa Dilakukan Secara Remote?
Jawabannya: tidak semua, tetapi banyak jenis pekerjaan yang bisa.
Pekerjaan berbasis digital seperti IT, desain, marketing, penulisan, dan layanan pelanggan sangat cocok dilakukan secara remote.
Namun, pekerjaan yang memerlukan kehadiran fisik—seperti produksi, logistik, atau layanan langsung ke pelanggan—masih membutuhkan kehadiran di lokasi kerja.
- Bagaimana Menjaga Budaya Kerja dari Jarak Jauh?
Menjaga budaya kerja dalam tim remote butuh usaha ekstra.
Anda tidak bisa hanya mengandalkan pertemuan mingguan.
Budaya harus dibangun melalui komunikasi yang transparan, apresiasi yang konsisten, serta aktivitas sosial yang memperkuat rasa kebersamaan.
- Apa Tools Terbaik untuk Tim Remote?
Berikut ini adalah tools populer yang terbukti mendukung kolaborasi remote:
- Aplikasi Absensi Online Kerjoo: presensi yang mendukung kerja remote.
- Slack / Microsoft Teams: komunikasi cepat dan channel-based.
- Zoom / Google Meet: untuk video conference.
- Notion / ClickUp / Trello: untuk manajemen proyek.
- Google Workspace: dokumen kolaboratif real-time.
- Kudos / Bonusly: untuk memberikan apresiasi antar karyawan.
Sesuaikan tools dengan skala dan kebutuhan tim Anda. Jangan berlebihan menggunakan banyak platform agar tim tidak bingung.
Kesimpulan
Remote work bukan sekadar alternatif kerja; ia adalah masa depan yang sedang kita jalani sekarang.
Dengan pendekatan yang tepat, kerja jarak jauh justru bisa meningkatkan produktivitas tim, memperluas akses terhadap talenta global, dan menciptakan keseimbangan hidup yang lebih baik bagi karyawan.
Namun, agar semua itu tercapai, Anda—tim HR dan manajer—memegang peran krusial. Anda perlu membangun strategi remote work yang terstruktur, mulai dari komunikasi, kolaborasi, monitoring kinerja, hingga menjaga kesehatan mental dan work-life balance.
Sudah saatnya meninggalkan cara lama dan merancang ulang sistem kerja yang adaptif, fleksibel, dan manusiawi.
Mari wujudkan sistem kerja remote yang bukan hanya efisien, tapi juga menyenangkan dan berkelanjutan.

Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari