Setiap karyawan memerlukan soft skill dan hard skill untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun mana diantara keduanya yang lebih penting?

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, tren dunia kerja juga ikut bergeser. Skill yang relevan lima tahun lalu bisa jadi sudah tak lagi cukup hari ini.

Maka wajar jika kita bertanya: Mana yang lebih penting untuk dikembangkan—soft skills atau hard skills?

Mari pelajari bersama dalam artikel berikut ini.


Perbedaan Soft Skills dan Hard Skills

Soft skill merupakan keterampilan interpersonal yang berkaitan dengan karakter, seperti kemampuan adaptasi dan memecahkan masalah.

Kemampuan soft skill sering dianggap remeh karena tidak terlihat dalam CV secara eksplisit. Padahal, justru di situlah daya saing personal terbentuk.

LinkedIn Global Talent Report mencatat 69% rekruiter justru lebih memprioritaskan keterampilan soft skill dibandingkan hard skill.

Menurut mereka, keterampilan hard skill dapat dikembangkan karena akses informasi semakin luas dan kemajuan teknologi semakin pesat.

Sementara pelatihan soft skill hanya diperoleh melalui pengalaman bekerja, menghadapi tantangan, dan berkomunikasi dengan orang lain. Contohnya:

  • Kemampuan berkomunikasi secara empatik
  • Kepemimpinan dan pengaruh tanpa jabatan
  • Adaptabilitas di situasi tak terduga
  • Problem solving yang berorientasi solusi, bukan menyalahkan

Sementara itu, hard skills lebih mudah didefinisikan dan diukur. Ini adalah keterampilan teknis yang biasanya dipelajari lewat pelatihan formal, seperti:

  • Coding
  • Analisis data
  • Desain grafis
  • Copywriting
  • Social media
  • Kemampuan bahasa asing

Intinya, hard skill adalah kemampuan teknis yang bisa dikembangkan melalui tes dan sertifikasi. Sementara soft skill akan teruji melalui pengalaman kerja.

Namun jangan menganggap soft skill dan hard skill sebagai dua kemampuan terpisah. Dunia kerja modern membutuhkan keduanya untuk meningkatkan efisiensi kerja.

perbedaan soft skill dan hard skill
Perbedaan mendasar soft skill dan hard skill

Pentingnya Soft Skills di Era Otomatisasi dan AI

Seperti yang Kerjoo sampaikan, soft skill kini menjadi pembeda diantara karyawan satu dengan yang lainnya.

Dan LinkedIn Global Talent Report memperkuat pernyataan ini.

Perkembangan teknologi dan kehadiran AI bisa mengambil alih banyak pekerjaan teknikal, yang biasa dilakukan oleh manusia.

Software HRIS seperti Kerjoo bahkan makin canggih dan akurat, bisa mencatat pekerjaan HR dalam satu aplikasi, termasuk izin, cuti, reimburse, dan payroll.

Demikian desain visual, yang kini bisa dibuat melalui AI tools. Tapi, ada yang tidak bisa digantikan:

  • Cara mengatasi masalah atau konflik di dunia kerja
  • Kemampuan mengambil keputusan penuh pertimbangan dalam proyek lintas tim.
  • Cara kita beradaptasi saat SOP berubah total di tengah proyek berlangsung.
  • Cara memimpin proyek ataupun tim.

Di era kerja yang disebut VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous), pentingnya soft skill mulai disadari oleh manajemen perusahaan.

Laporan LinkedIn ini bahkan menyatakan, bahwa perusahaan saat ini fokus pada kandidat dengan keterampilan problem solving, adaptasi, dan kolaborasi.

Boleh fokus pada pengembangan hard skill, namun jangan sampai melupakan keterampila soft skill.

Keterampilan hard skill mudah digantikan dan soft skill adalah kelebihan kompetitif yang menjadi pembeda di tengah disrupsi teknologi.

Cara Meningkatkan Soft Skills Karyawan

Ada beberapa strategi meningkatkan soft skill karyawan di tempat kerja Anda secara terukur.

Semakin baik strategi yang dipilih, maka semakin besar manfaat pengembangan soft skill yang bisa didapat perusahaan.

Beberapa strategi yang bisa diterapkan perusahaan maupun individu:

Pelatihan Interpersonal

Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kemampuan individu untuk menyampaikan ide secara menyakinkan.

Pelatihan ini akan fokus pada komunikasi, negosiasi, dan public speaking.

Coaching dan Mentoring

Belajar dari senior atau pemimpin yang bisa jadi cermin dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan tim.

Selain memperkuat kerja sama tim, strategi ini juga mempermudah kolaborasi proyek antar tim di perusahaan.

Simulasi dan Roleplay

Mengasah empati dan refleksi diri lewat pengalaman simulasi, misalnya roleplay menghadapi konflik antar tim.

Ini akan memberi karyawan Anda refleksi ketika menghadapi situasi yang sama di dunia nyata.

Feedback 360 Derajat

Menerima masukan dari rekan kerja, atasan, dan bawahan untuk meningkatkan self-awareness.

Sampaikan dengan hati-hati supaya masukan tidak dianggap kritik oleh karyawan.

Proyek Kolaboratif

Menghadapi tantangan lintas fungsi melatih soft skills secara alami—kerja tim, kepemimpinan, fleksibilitas, dan komunikasi

Soft skills memang tidak bisa dibangun dalam sehari. Tapi bisa ditumbuhkan lewat lingkungan kerja yang mendukung pembelajaran interpersonal.

Kombinasi Soft Skills dan Hard Skills yang Ideal untuk Masa Depan Kerja

soft skill vs hard skill

Anda tidak harus memilih diantara soft skill dan hard skill.

Yang dibutuhkan adalah perpaduan strategis sesuai tujuan karier Anda.

Contoh kombinasi soft skill dan hard skill yang powerful:

  • Data Analyst: Membutuhkan hard skill analitik, tapi juga kemampuan menerjemahkan ide/data dan komunikasi untuk menyampaikan insight kepada tim non-teknis menggunakan bahasa yang dipahami semua orang.
  • Project Manager: Perlu memahami tools manajemen proyek dan perencanaan teknis, tapi keberhasilan proyek sangat bergantung pada kemampuan komunikasi, negosiasi, dan memimpin tim.
  • Content Strategist: Mengerti SEO (hard skill), namun juga harus mampu berpikir kritis, berkolaborasi dengan tim kreatif, dan mengelola ekspektasi stakeholder (soft skill).

Kombinasi kemampuan soft skill dan hard skill adalah aset berhaga, baik bagi individu ataupun perusahaan.

Keduanya merupakan kunci sukses di dunia kerja modern saat ini.


Studi Kasus Pengembangan Keterampilan di Perusahaan Modern

Beberapa perusahaan sudah lebih dulu melihat pentingnya mengembangkan keterampilan soft skill dan hard skill secara bersamaan:

  • Tech Company: Menyediakan pelatihan "Leadership for Non-Managers" agar setiap karyawan bisa mengambil peran kepemimpinan, meski bukan dalam struktur formal.
  • Konsultan B: Dalam proses rekrutmen, mereka menyertakan asesmen soft skills seperti critical thinking dan adaptabilitas, bukan hanya uji teknikal.
  • Retail C: Menerapkan roleplay dengan skenario pelanggan marah untuk melatih empati dan respons profesional para frontliner.

Budaya perusahaan yang mendorong pengembangan soft skill dan hard skills sejak awal dapat menghasilkan tim yang lebih siap menghadapi masa depan.


Kesimpulan: Jangan Hanya Kuasai Skill, Tapi Bangun Nilai Diri

Di masa depan, soft skills dan hard skill akan saling melengkapi sebagai keunggulan kompetitif individu dan perusahan.

Nilai perusahaan akan meningkat apabila memiliki sumber daya manusia yang unggul, baik dalam soft skill ataupun hard skill.

Jika Anda seorang HR, mulailah dengan mengaudit keterampilan tim secara menyeluruh. Jangan hanya melihat sertifikasi teknikal—perhatikan juga aspek interpersonal, komunikasi, dan agility.

Jika Anda seorang profesional, lihat kembali tujuan karier Anda.

Jangan hanya menumpuk skill baru, tapi tanyakan: Apakah saya tahu bagaimana cara bekerja lebih baik dengan orang lain?

Pilih satu soft skill yang ingin Anda kembangkan bulan ini. Lalu cari satu kegiatan—pelatihan, mentoring, atau proyek—yang bisa membantu Anda melatihnya.

Gunakan aplikasi absensi online Kerjoo yang sudah dilengkapi dengan beragam fitur penunjang produktivitas karyawan.