Apa Itu Micromanagement dan Bagaimana Dampaknya ke Karyawan?
Apa itu micromanagement? Tindakan tersebut adalah ketika seorang pemimpin atau manajer memberikan pengawasan yang berlebihan kepada karyawan.
Daftar Isi
Apa itu micromanagement? Tindakan tersebut adalah ketika seorang pemimpin atau manajer memberikan pengawasan yang berlebihan kepada karyawan.
Seorang pimpinan dengan tipikal micromanager tidak hanya memberi tahu karyawan tentang tugas yang harus diselesaikan. Mereka juga akan mengawasi setiap detail pekerjaan karyawan dengan cermat dan sering memberikan kritik terhadap pekerjaan yang masih sedang dijalankan.
Seorang micromanager berfokus pada kinerja sehari-hari dari masing-masing tim dan pekerja. Tuntutan yang umum pada karyawan adalah untuk menghasilkan progres segera.
Di sisi lain, hal itu cenderung berdampak pada jangka panjang dan menurunkan employee engagement di perusahaan. Bahkan tidak jarang akan memicu konflik di tempat kerja.
Kenali tentang Apa Itu Micromanagement yang Sebenarnya
Micromanagement adalah suatu bentuk gaya kepemimpinan yang dapat memberikan hasil dalam jangka pendek. Umumnya, aktivitas micromanager memiliki konotasi negatif, karena persepsi kurangnya kepercayaan terhadap kompetensi karyawan.
Seorang manajer yang menerapkan gaya manajemen ini menciptakan lingkungan di mana timnya merasa tidak aman dan kurang percaya diri dalam pekerjaannya. Saat tidak ada manajer, maka tim mungkin akan mengalami kesulitan untuk bekerja mandiri.
Seorang micromanager biasanya akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengawasi pekerjaan untuk melihat laporan langsung.
Manajer juga melebih-lebihkan pentingnya detail kecil kepada bawahan, padahal waktunya bisa digunakan untuk menyelesaikan hal-hal penting lainnya.
Meskipun micromanagement mudah dikenali oleh orang lain di perusahaan, tapi manajer sendiri mungkin tidak menyadarinya. Karena itu, kita perlu kenali ciri-ciri micromanagement di perusahaan!
Tanda-tanda Seorang Micromanager
Berikut adalah tanda-tanda micromanager;
- Meminta untuk selalu di-CC di setiap email, bahkan yang tidak terkait langsung dengan manajer
- Menyibukkan diri dengan pekerjaan yang diberikan kepada orang lain
- Mengambil lebih banyak pekerjaan daripada yang dapat mereka tangani karena percaya bahwa hanya manajer yang dapat melakukannya dengan lebih baik
- Selalu memantau apa yang sedang dikerjakan setiap anggota
- Terus-menerus meminta pembaruan tentang keadaan
- Ingin tahu apa yang dikerjakan setiap anggota tim sepanjang waktu
- Mendelegasikan tidak hanya apa yang perlu dilakukan, tetapi bagaimana hal itu harus dilakukan, tidak menyisakan ruang bagi tim untuk mengambil inisiatif sendiri
- Tidak pernah puas dengan apa yang dihasilkan oleh tim
- Berfokus pada detail yang sebenarnya tidak penting
Micromanager vs Macromanager
Kebalikan dari micro management adalah macro management yang dinilai lebih efektif pendekatan manajemennya.
Macro management memberikan arahan tugas dari sudut pandang yang lebih luas, kemudian membiarkan timnya untuk melakukan pekerjaan detail dan mandiri.
Macro manager memiliki keyakinan bahwa tim dapat menyelesaikan tugas yang sama tanpa terus-menerus diingatkan tentang prosesnya. Sejauh ini, gaya kepemimpinan atau manajerial seperti apa yang berlaku di tempat Anda?
Mengapa Orang Melakukan Micromanage?
Ada beberapa alasan mengapa seorang pimpinan mungkin melakukan micromanage terhadap timnya. Beberapa alasan umumnya antara lain:
- Faktor Ketidakpercayaan
Atasan mungkin belum memiliki kepercayaan penuh terhadap kemampuan dan kompetensi anggota timnya. Karena itu, mereka merasa perlu mengawasi setiap detail pekerjaan tim.
Bahkan, atasan bisa saja mengambil alih tanggung jawab, agar semuanya berjalan sesuai dengan keinginan.
- Keinginan untuk Mengendalikan
Alasan pimpinan melakukan micromanagement adalah keinginan untuk mengendalikan atau mengatur. Atau setidaknya pimpinan tersebut ingin merasa tenang ketika sudah dibereskan sendiri.
Beberapa pimpinan memang memiliki kebutuhan tersendiri untuk mengendalikan berbagai hal yang terjadi dalam tim.
Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau khawatir jika tidak terlibat dalam setiap tugas atau keputusan yang diambil anggota tim.
- Memiliki Standar yang Tinggi
Pimpinan yang melakukan micromanage mungkin memiliki standar yang sangat tinggi dan ingin memastikan bahwa setiap tugas diselesaikan dengan sempurna.
Dalam hal ini, mereka mungkin merasa perlu melakukan pengendalian untuk memastikan bahwa setiap detail diperhatikan dan tidak ada kesalahan yang terjadi.
- Faktor Ketakutan pada Ketidakpastian
Kecenderungan untuk micromanage mungkin saja karena pimpinan yang menghadapi tekanan yang membuat mereka merasa takut terhadap ketidakpastian hasil yang akan dicapai oleh tim.
Dalam situasi seperti ini, mereka mungkin cenderung untuk mengatur agar dapat memastikan situasi lebih baik dan meminimalkan risiko.
- Ekspektasi yang Tidak Jelas
Sebelumnya telah disebutkan bahwa alasan tindakan micromanage adalah standar yang tinggi.
Tapi, jika pimpinan tidak menyampaikan ekspektasi dengan jelas kepada tim, maka tim juga kemungkinan akan kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tapi, jika komunikasi kurang efektif, maka hal ini dapat membuat pimpinan merasa perlu mengambil alih agar tidak ada kebingungan atau kesalahan yang terjadi. Apabila hal itu sering terjadi, tentunya akan sangat tidak efektif.
Dampak Micromanagement pada Karyawan
Apapun alasan dari aksi micromanage, dampaknya tidak bisa dianggap sepele, khususnya untuk karyawan.
Dampak micromanagement dalam tim dapat berakibat negatif terhadap kreativitas dan inovasi. Selain itu, beberapa dampak negatif micromanage adalah sebagai berikut;
- Bisa Menghambat Kreativitas
Sikap micromanage atau terlalu banyak mengatur hal kecil dalam pekerjaan cenderung membatasi kreativitas karyawan untuk bereksperimen atau mengembangkan ide-ide baru.
Akibatnya, karyawan mungkin saja merasa ragu dan takut untuk mengambil inisiatif atau mengambil risiko yang diperlukan untuk menciptakan suatu inovasi yang baru.
- Menurunnya Motivasi dan Keterlibatan
Ketika karyawan merasa bahwa setiap langkah dan tindakan mereka dipantau secara detail, mereka dapat kehilangan motivasi dan rasa keterlibatan.
Ini dapat mengakibatkan penurunan produktivitas dan performa karyawan. Tentu saja hal ini sangat disayangkan dan merugikan perusahaan dalam banyak aspek.
- Kurangnya Inisiatif dan Kemandirian
Atasan yang cenderung micromanage sering kali menghambat perkembangan karyawan dalam hal mengambil keputusan secara mandiri dan mengatasi tantangan.
Karyawan mungkin mengandalkan manajer untuk setiap keputusan kecil, yang menghambat perkembangan keterampilan dan kepercayaan diri mereka.
- Peningkatan Stres dan Ketegangan
Terus-menerus diperhatikan dan diawasi secara ketat dapat meningkatkan tingkat stres dan ketegangan dalam tim. Hal ini dapat mengurangi kepuasan kerja dan meningkatkan risiko kelelahan atau kelelahan mental.
Jadi, setelah melihat kemungkinan dampak yang terjadi, apa langkah selanjutnya?
Daripada harus micromanage, Anda bisa berfokus pada solusi yang strategis. Efektivitas kerja karyawan tidak harus selalu dipantau secara manual, tapi bisa lebih mudah menggunakan teknologi.
Kesimpulan
Micromanagement termasuk gaya manajerial yang terlalu banyak mengawasi proses kerja anggota tim, bawahan, atau karyawan.
Ada berbagai alasan di balik tindakan micromanage, misalnya; ketakutan akan kegagalan, keinginan mendominasi, kebijakan yang kurang stabil, manajer yang kurang memahami kebutuhan tim, atau justru tim yang tidak terampil.
Yang pasti hal tersebut bisa berdampak negatif jangka panjang pada pertumbuhan dan karyawan.
Untuk mengatasi dampak negatif dari micromanage, perusahaan bisa mengandalkan teknologi. Seperti aplikasi absensi online Kerjoo yang bisa membantu proses review kedisiplinan karyawan.
Mulai dari sistem kehadiran, rencana kerja, laporan pekerjaan, sampai aktivitas lapangan bisa dipantau dengan Kerjoo. Mau tahu selengkapnya? Klik di bawah ini!
Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari