Gaji vs. Budaya Perusahaan – Mana yang Lebih Berpengaruh pada Turnover Pasca-THR?

Daftar Isi
Gaji tinggi memang tidak selalu menjamin loyalitas karyawan.
Pertanyaan seperti apakah gaji tinggi atau budaya perusahaan yang membuat karyawan bertahan pun terlintas di benak Anda, terutama di periode pasca-THR.
Ini karena turnover setelah THR seringkali meningkat karena karyawan yang sudah lama tidak puas dengan pekerjaannya menunggu momentum THR untuk mengundurkan diri.
Menariknya, gaji dan budaya perusahaan memang menjadi dua faktor utama yang dipertimbangkan karyawan sebelum memutuskan untuk meninggalkan perusahaan.
Artikel ini akan membantu Anda menemukan jawabannya, serta memberikan solusi praktis untuk mengurangi angka turnover di masa THR.

Apa Faktor Utama yang Menyebabkan Karyawan Bertahan atau Keluar Setelah THR?
Faktanya, karyawan mempertimbangkan faktor finansial seperti gaji dan non finansial sebelum pada akhirnya memutuskan resign.
Faktor resign karyawan finansial seperti gaji, bonus, dan insentif memang masih menjadi pertimbangan terbesar, tetapi budaya perusahaan juga berkontribusi terhadap keputusan final mereka.
Berikut adalah penjelasan dari Kerjoo.
Faktor Finansial: Gaji, Bonus, dan Insentif
Apabila dilihat dari survei Databoks, gaji hanya memegang persentase 40 persen sebagai faktor karyawan resign, selebihnya berkaitan dengan budaya perusahaan.
Selain itu, adanya peluang kerja yang lebih baik juga menjadi alasan terbesar mengapa karyawan memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan.
Jadi, bayangkan, apabila Anda memiliki talenta yang merasa gajinya kurang kompeitif, maka potensi untuk mencari peluang kerja lebih baik semakin besar.
Terlebih apabila terdapat perusahaan yang memiliki skema bonus dan insentif berbasis kinerja, maka karyawan akan mempertimbangkan ulang daripada bertahan di perusahaan lama.
Namun, apakah gaji benar-benar menjadi faktor utama dalam keputusan resign? Tentunya tidak.
Faktor Non-Finansial: Work-Life Balance, Karier, dan Kepuasan Kerja
Daripada gaji, faktor resign karyawan lebih banyak didominasi oleh non-finansial seperti work life balance dan kepuasan kerja.
Misalnya, beban kerja, kurangnya apresiasi, hingga lingkungan kerja toxic juga menjadi penentu karyawan resign setelah THR diberikan.
Beberapa karyawan rela menerima gaji yang lebih rendah jika lingkungan kerja mereka nyaman, atasan suportif, dan ada kesempatan berkembang.
Selain itu, sudah banyak pekerja yang mengutamakan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Oleh karena itu, perusahaan dengan fleksibilitas kerja, kebijakan cuti yang adil, serta jam kerja yang manusiawi memiliki daya tarik tersendiri bagi karyawan.

Peran Gaji, Tunjangan, dan Benefit dalam Retensi Karyawan
Meskipun gaji memainkan peran utama, statistik menunjukkan bahwa gaji tinggi saja tidak cukup untuk mempertahankan karyawan dalam jangka panjang.
Mari kita lihat dua skenario berikut:
- Perusahaan dengan gaji tinggi tanpa budaya kerja yang baik
Karyawan mungkin tetap bertahan untuk sementara waktu karena gajinya tinggi, tetapi dalam jangka panjang, mereka bisa merasa stres dan tidak nyaman.
Akhirnya, mereka tetap resign.
- Perusahaan dengan gaji standar tetapi budaya kerja yang positif
Meski gaji tidak terlalu tinggi, lingkungan kerja yang nyaman, kepemimpinan yang suportif, serta kesempatan pengembangan diri membuat karyawan lebih loyal.
Pada akhirnya, karyawan akan mempertimbangkan ulang untuk resign.
Lantas bagaimana untuk menjadi perusahaan kompetitif, baik dari segi gaji dan budaya kerja?
Anda dapat mempertimbangkan beberapa kompensasi non-finansial, seperti:
- Cuti berbayar yang fleksibel
Kebijakan cuti yang adil dan fleksibel membantu karyawan menjaga keseimbangan kehidupan karyawan.
- Insentif berbasis kinerja
Memberikan bonus berdasarkan performa bisa meningkatkan motivasi dan loyalitas karyawan.
- Akses ke kelas bersertifikat
Berikan akses ke kelas tertentu yang dapat meningkatkan keterampilan karyawan.
Seberapa Besar Pengaruh Budaya Perusahaan terhadap Loyalitas Karyawan?

Lingkungan kerja yang sehat dapat menciptakan keterikatan emosional yang kuat antara karyawan dan perusahaan.
Beberapa faktor utama yang membuat budaya kerja menjadi lebih penting daripada sekadar gaji tinggi, seperti work life balance dan perasaan dihargai.
Karyawan yang tidak mengalami stres berlebihan akan lebih produktif dan jarang mencari peluang di tempat lain.
Apresiasi terhadap kerja keras lebih bernilai dibandingkan insentif finansial semata.
Dengan apresiasi, karyawan akan merasa bahwa kontribusi dan kinerjanya dihargai oleh perusahaan.
Selain itu, atasan juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan memotivasi karyawan untuk berkembang.
Ketika karyawan merasa tidak ada batas tertentu dengan atasan, mereka lebih berani untuk menunjukkan kemampuan
Oleh karena itu, bukan menghenrankan apabila perusahaan dengan budaya 'people first' memiliki turnover lebih rendah dibandingkan hanya berfokus pada kompensasi finansial.
Strategi yang Bisa Diterapkan Perusahaan untuk Mengurangi Turnover Pasca-THR
Agar tidak mengalami lonjakan resign setelah THR, perusahaan perlu melakukan beberapa strategi berikut:
- Melakukan survei kepuasan karyawan secara rutin
Perusahaan perlu memahami apa yang sebenarnya diinginkan dan dibutuhkan oleh karyawan agar mereka tetap loyal.
- Mengoptimalkan kesejahteraan karyawan dengan kombinasi benefit finansial dan non-finansial
Selain gaji yang kompetitif, tunjangan kesehatan, kebijakan cuti fleksibel, dan insentif berbasis kinerja dapat meningkatkan loyalitas karyawan.
- Membangun budaya kerja yang sehat dan suportif
Lingkungan kerja yang nyaman, transparan, dan penuh apresiasi dapat membuat karyawan merasa dihargai dan lebih betah bekerja.
Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat mengurangi tingkat turnover dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih stabil serta produktif.
Kesimpulan
Turnover karyawan pasca-THR dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor finansial dan non-finansial.
Gaji memang mempengaruhi 40% keputusan, namun budaya perusahaan mendominasi alasan karyawan resign dari perusahaan.
- Gaji dan benefit yang kompetitif dapat menarik karyawan, tetapi tidak cukup untuk mempertahankan mereka.
- Budaya kerja yang baik mampu menciptakan keterikatan emosional yang lebih kuat dibandingkan kenaikan gaji semata.
- Karyawan lebih cenderung bertahan di perusahaan yang memiliki lingkungan kerja yang positif, work-life balance yang baik, serta kesempatan pengembangan karier.
Baca artikel lain di Blog Kerjoo apabila Anda ingin tahu lebih dalam mengenai HR dan karyawan.
FAQ Gaji vs. Budaya Perusahaan
Beberapa pertanyaan yang mungkin membantu Anda untuk lebih memahami mana alasan karyawan resign dari perusahaan.
- Apakah karyawan hanya resign karena gaji yang rendah?
Tidak selalu. Banyak karyawan yang memilih resign bukan karena gaji, tetapi karena lingkungan kerja yang buruk, kurangnya kesempatan berkembang, atau work-life balance yang tidak sehat.
- Apakah menaikkan gaji dapat mengurangi turnover karyawan?
Menaikkan gaji bisa menjadi solusi jangka pendek, tetapi jika budaya kerja tetap buruk, turnover masih akan tinggi dalam jangka panjang.
- Bagaimana cara perusahaan menciptakan budaya kerja yang positif?
Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan membangun komunikasi yang terbuka, memberikan penghargaan atas kerja keras karyawan, serta menciptakan work-life balance yang lebih baik.
- Apakah benefit dan tunjangan lebih efektif dibandingkan gaji tinggi?
Ya, dalam beberapa kasus. Karyawan lebih menghargai benefit seperti fleksibilitas kerja, cuti yang adil, serta tunjangan kesehatan dibandingkan hanya mendapatkan gaji tinggi tetapi lingkungan kerja yang stres.

Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari