Setiap HR pasti pernah bertanya-tanya "berapa hari jatah cuti tahunan karyawan yang ideal?" bagaimana aturan cuti sakit karyawan swasta?

Selain kesadaran karyawan, HR juga menyadari bahwa pemberian jatah cuti tahunan merupakan bagian dari terciptanya budaya kerja yang sehat.

Namun, apakah jatah 12 hari cuti tahunan yang diatur dalam undang-undang masih relevan dengan kebutuhan karyawan saat ini?

Baca selengkapnya artikel Kerjoo untuk memahami peran strategis pemberian jatah cuti tahunan karyawan dan berapa hari idealnya cuti sakit per-tahunnya.

Mengapa Jatah Cuti Tahunan Penting dalam Manajemen SDM?

Jatah Cuti Tahunan

Sebelum membahas berapa hari jatah cuti tahunan karyawan yang ideal, atau apakah cuti 12 hari sudah cukup bagi karyawan, perlu dipahami mengapa strategi pemberian cuti penting bagi perusahaan.

Cuti tidak seharusnya hanya dilihat sebagai waktu istirahat dari rutinitas kerja, tetapi strategi menjaga produktivitas karyawan jangka panjang.

Riset Mckisney menunjukkan, bahwa karyawan dengan cuti tahunan rutin cenderung memiliki performa kerja lebih stabil, terhindar dari burnout, dan menunjukkan loyalitas tinggi terhadap perusahaan.

Oleh karena itu, cuti sering kali menjadi strategi dari total rewards dalam sistem perencanaan SDM yang matang.

Bisa dibilang, jatah cuti tahunan adalah bentuk kompensasi non-finansial bagi karyawan.

Paket ini sangat penting terutama bagi generasi pekerja muda, yang lebih memprioritaskan well-being dan fleksibilitas dalam memilih tempat bekerja.

Dengan demikian, memberikan cuti bukan hanya soal kepatuhan terhadap regulasi, tapi juga strategi mempertahankan dan menarik talenta terbaik.

Jenis-Jenis Cuti Karyawan yang Perlu Dikelola HR

Jatah cuti karyawan tidak hanya terbatas pada cuti tahunan, tetapi juga ada cuti sakit, cuti khusus, hingga cuti untuk ayah.

Tim HR perlu memahami masing-masing kategori untuk memastikan proses pengajuan, approval, dan pencatatan cuti berjalan sesuai aturan dan kebutuhan perusahaan.

Berikut ini beberapa jenis cuti yang umum ditemui di perusahaan:

Cuti Tahunan

Jenis cuti ini paling umum dan diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Menurut Pasal 81 angka 25 Perppu Cipta Kerja, cuti tahunan dapat diberikan sekurang-kurangnya 12 hari.

Jadi apabila ada pertanyaan apakah cuti 12 hari sudah cukup untuk karyawan, maka ini tergantung pada kondisi dan kebijakan perusahaan.

Beberapa perusahaan juga memberikan cuti tahunan di atas 20 hari setelah karyawan menyelesaikan masa kerja minimal 12 bulan berturut-turut.

Tujuan pemberian jatah cuti ini tentu memberi waktu istirahat yang layak untuk menjaga performa kerja jangka panjang.

Cuti Sakit

Cuti ini diberikan kepada karyawan yang tidak dapat bekerja karena alasan medis.

Umumnya, karyawan perlu menyertakan surat keterangan dokter sebagai bukti validasi.

Durasi cuti sakit juga dapat bervariasi tergantung kondisi medis dan kebijakan internal perusahaan.

Cuti Melahirkan dan Ayah

Untuk karyawan perempuan, cuti melahirkan diatur selama 3 bulan, sementara cuti ayah biasanya diberikan selama beberapa hari sebagai bentuk dukungan terhadap proses kelahiran anak.

Beberapa perusahaan progresif bahkan menambahkan jatah cuti ayah hingga 2 minggu atau lebih untuk mendukung peran aktif ayah dalam keluarga.

Cuti Khusus (Pernikahan, Kematian, dll)

Jenis cuti ini diberikan untuk keperluan mendesak atau pribadi seperti pernikahan, kematian anggota keluarga inti, atau keperluan mendadak lainnya.

Sebagai tambahan, durasi cuti penting umumnya ditentukan secara fleksibel berdasarkan jenis peristiwa.

Cuti Tambahan (Mental Health, Ulang Tahun, dan lainnya)

Beberapa perusahaan memberikan cuti tambahan sebagai bentuk perhatian terhadap well-being.

Cuti mental health, cuti ulang tahun, hingga cuti relawan merupakan strategi SDM yang mengutamakan keseimbangan hidup.

Di bawah ini terdapat tabel ringkas untuk menilai berapa hari cuti per-tahun yang ideal dan umum digunakan oleh perusahaan.

Jenis Cuti Acuan Umum Hari Catatan
Cuti Tahunan 12 hari/tahun Sesuai UU, setelah 12 bulan masa kerja
Cuti Sakit Sesuai kebutuhan Butuh surat dokter
Cuti Melahirkan 90 hari 1,5 bulan sebelum + 1,5 bulan setelah lahiran
Cuti Ayah 2–10 hari Tergantung kebijakan perusahaan
Cuti Penting 1–3 hari Pernikahan, kedukaan, dll
Cuti Tambahan Fleksibel Mental health, ulang tahun, dsb

Ketentuan Cuti dalam UU Ketenagakerjaan

Ketentuan Cuti dalam UU Ketenagakerjaan

Seperti yang Kerjoo sudah sebutkan sebelumnya, jatah cuti tahunan karyawan ideal menurut Pasal 81 angka 25 Perppu Cipta Kerja adalah sekurang-kurangnya 12 hari kerja.

Ini merupakan jaminan hukum yang berlaku bagi semua sektor formal dan wajib dipatuhi oleh pemberi kerja.

Namun perusahaan juga perlu memahami perbedaan antara hak wajib dan benefit tambahan karyawan. Hak wajib seperti cuti tahunan 12 hari, cuti melahirkan, can cuti sakit merupakan kewajiban mutlak perusahaan.

Sementara apabila ada jenis cuti lain seperti cuti ulang tahun, mental health atau bahkan cuti berbayar untuk urusan pribadi merupakan kompensasi non-material yang dapat disesuaikan dengan kultur organisasi.

Secara teknis, cuti tahunan ini hanya berlaku untuk hari kerja, bukan hari libur nasional atau akhir pekan.

Artinya, jika cuti diajukan selama seminggu penuh yang mencakup Sabtu dan Minggu, maka hari cuti yang terpotong tetap hanya lima hari kerja.

💡
Perusahaan global telah menerapkan unlimited leave policy sebagai bagian dari strategi manajemen SDM mereka.

Berapa Hari Ideal Jatah Cuti Karyawan Saat Ini?

Berdasarkan jatah cuti di industri, jumlah cuti ideal yang umum diberikan perusahaan modern adalah 12 sampai 20 hari kerja per-tahun.

Rentang ini dianggap cukup untuk memberikan waktu pemulihan dan rekreasi bagi karyawan, tanpa mengganggu produktivitas organisasi secara keseluruhan.

Penambahan hari cuti biasanya diberikan secara bertahap sesuai masa kerja.

Misalnya, setelah 3 tahun bekerja, karyawan bisa memperoleh tambahan 2 hari cuti tahunan.

Implementasi ini dikenal dengan istilah cuti progresif, dan terbukti menjadi insentif loyalitas yang efektif.

Jika melihat benchmark internasional, tren pemberian cuti tahunan semakin menunjukkan pendekatan yang lebih fleksibel dan berorientasi pada well-being.

Berikut ilustrasi perbandingan pemberian jatah cuti tahunan berdasarkan regulasi dan praktik ideal di perusahaan modern:

Kategori Standar UU Praktik Ideal
Cuti Tahunan 12 hari 12–20 hari
Cuti Tambahan Tidak diatur 2–5 hari (mental health, dll)
Sistem Cuti Manual Digital/terotomatisasi
Fleksibilitas Jadwal Cuti Terbatas Tinggi (berbasis kepercayaan)
Employer Branding Netral Lebih kuat, kompetitif

Tantangan dalam Pengelolaan Cuti

Tantangan dalam Pengelolaan Cuti

Beberapa tantangan pengelolaan cuti tahunan antara lain:

Ketidakteraturan Pencatatan cuti

Salah satu kendala paling umum dalam sistem cuti manual adalah tidak sinkronnya data antara pengajuan, approval, dan sisa saldo cuti karyawan.

Hal ini sering kali menyebabkan ketidaksesuaian data yang bisa berujung pada konflik internal maupun salah hitung hak karyawan.

Tanpa sistem terpusat, HR harus merekap data secara manual dari formulir, spreadsheet, atau email.

Proses ini rentan terhadap human error dan memakan waktu, apalagi jika perusahaan memiliki jumlah karyawan yang besar.

Approval Cuti Lama atau Tidak Jelas

Proses persetujuan cuti yang tidak memiliki sistem baku bisa menghambat fleksibilitas kerja.

Tidak jarang pengajuan cuti tersendat karena atasan tidak merespons tepat waktu atau tidak ada mekanisme follow-up otomatis.

Akibatnya, karyawan merasa ragu mengajukan cuti, dan HR kesulitan mengkoordinasikan jadwal kerja antar tim.

Ketidakefisienan ini pada akhirnya mengganggu produktivitas dan moral kerja.

Ketidakpuasan Karyawan Karena Kurang Transparan

Transparansi adalah kunci dalam pengelolaan cuti.

Ketika saldo cuti tidak terpantau secara jelas, atau pengajuan tidak terdokumentasi secara tertib, karyawan bisa merasa ada ketidakadilan.

Hal ini bisa memicu ketegangan antar anggota tim terutama jika jadwal cuti bersinggungan.

Di sisi lain, HR juga mengalami tekanan karena harus menjelaskan secara manual status cuti tiap individu, padahal hal tersebut seharusnya bisa diakses secara mandiri oleh karyawan melalui sistem.

HR kesulitan menghitung sisa cuti tahunan

Ketika jatah cuti tahunan dihitung secara manual, risiko kesalahan kalkulasi meningkat.

Misalnya, perhitungan prorata cuti untuk karyawan baru atau karyawan kontrak sering kali menjadi tantangan tersendiri.

Tidak sedikit HR yang terpaksa membuat perhitungan terpisah dengan rumus sendiri hanya untuk memastikan keakuratan hak cuti.

Kondisi ini sangat tidak ideal dalam skala perusahaan yang ingin tumbuh cepat. Otomatisasi menjadi solusi mendesak, bukan sekadar pilihan.


FAQ Seputar Jatah Cuti Karyawan

Di bawah ini merupakan beberapa pertanyaan terkait jatah cuti karyawan yang sudah Kerjoo tambahkan dari beberapa sumber.

  1. Berapa hari jatah cuti tahunan karyawan menurut undang-undang?

Berdasarkan Perppu Cipta Kerja, karyawan yang telah bekerja selama 12 bulan berturut-turut berhak atas cuti tahunan minimal 12 hari kerja.

Ini adalah standar minimal pemberian jatag cuti tahunan oleh perusahaan.

  1. Apakah perusahaan boleh memberikan cuti lebih dari 12 hari?

Boleh. Ketentuan 12 hari adalah batas minimal, bukan maksimal.

Banyak perusahaan memilih memberikan tambahan cuti tahunan sebagai bentuk apresiasi atau strategi retensi.

Beberapa bahkan menerapkan sistem cuti progresif atau fleksibel.

  1. Apakah jatah cuti bisa hangus jika tidak digunakan?

Tergantung pada kebijakan perusahaan. Ada perusahaan yang menerapkan sistem carry forward, yakni sisa cuti tahun ini bisa digunakan di tahun berikutnya.

Namun ada juga yang menetapkan cuti hangus jika tidak digunakan dalam periode tertentu. Semua ini sebaiknya tertuang dalam peraturan perusahaan secara jelas.

  1. Bagaimana cara perusahaan mengelola cuti karyawan agar tidak tumpang tindih?

Menggunakan sistem HRIS adalah solusi terbaik.

Sistem ini mencatat pengajuan, approval, dan saldo cuti secara otomatis dan real-time.

HR juga bisa memantau jadwal cuti per tim sehingga dapat mencegah bentrokan jadwal antar karyawan.

  1. Apakah Kerjoo punya fitur untuk mengelola jatah cuti karyawan?

Ya. Kerjoo menyediakan fitur cuti terintegrasi yang memungkinkan:

  • Pengajuan cuti via aplikasi mobile
  • Approval cuti oleh atasan langsung
  • Tracking sisa cuti secara otomatis
  • Riwayat cuti yang tercatat dengan rapi

Sistem ini mendukung efisiensi administrasi dan transparansi antara karyawan dan HR.


Kesimpulan

Jatah cuti tahunan bukan hanya angka dalam kontrak kerja.

Pertanyaan tentang berapa jatah cuti tahunan ideal bagi karyawan merupakan bukti perlunya kebijakan cuti yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan kehidupan pribadi dan produktivitas di tempat kerja.

Ketika perusahaan memberikan perhatian serius terhadap manajemen cuti, itu mencerminkan komitmen terhadap kesejahteraan sumber daya manusia secara menyeluruh.

Perusahaan perlu mengevaluasi apakah kebijakan cuti yang berlaku saat ini benar-benar relevan dengan kebutuhan karyawan masa kini.

Mengandalkan regulasi sebagai standar minimum adalah langkah awal, namun tidak cukup untuk memenangkan hati talenta terbaik di tengah persaingan kerja yang semakin ketat.

Divisi HR memegang peran sentral dalam memastikan sistem cuti berjalan secara adil, efisien, dan transparan.

Tanpa pendekatan strategis dan dukungan teknologi yang tepat, potensi masalah administratif dan ketidakpuasan karyawan akan terus menghantui.

Gunakan fitur cuti Kerjoo untuk bantu pekerjaan HR jadi lebih ringan dan terstruktur.