Apa Itu Post-Holiday Syndrome? Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya

Daftar Isi
Post Holiday Syndrome
Anda pasti pernah menikmati libur panjang, menghabiskan waktu bersama keluarga, dan bersantai tanpa memikirkan pekerjaan.
Rasanya seperti mengisi ulang energi bukan?
Tapi begitu kembali ke runitinas, bukannya merasa segar, yang ada justru malas, kurang motivasi kerja, bahkan stres.
Tugas-tugas yang dulu terasa biasa sekarang terasa berat. Alarm pagi kembali menjadi musuh terbesar, dan mood kerja seakan menghilang.
Jika ini terdengar familiar, Anda mungkin sedang mengalami post-holiday syndrome.
Post-holiday syndrome adalah kondisi di mana seseorang merasa tidak bersemangat, lelah, atau sulit kembali fokus setelah liburan.
Meskipun bukan gangguan medis yang serius, kondisi ini bisa berdampak buruk pada produktivitas dan kesehatan mental.
Jika dibiarkan, perasaan malas dan stres ini bisa berlarut-larut dan memengaruhi kinerja kerja jangka panjang. Yuk, kita bersama Kerjoo!

Gejala Post-Holiday Syndrome yang Perlu Diwaspadai
Setiap pekerja pasti pernah merasa malas bekerja setelah libur panjang, yang perlu diwaspadai adalah ketika situasi ini tidak berangsur membaik.
Post-holiday syndrome sendiri bisa muncul dalam berbagai bentuk, dan bergantung dari bagaimana seseorang beradaptasi dengan rutinitas setelah libur panjang.
Berikut adalah beberapa gejala yang paling umum:
1) Sulit Fokus pada Pekerjaan
Setelah beberapa hari (atau bahkan minggu) terbiasa dengan kebebasan tanpa deadline dan tugas berat, Anda perlu waktu untuk kembali ke mode kerja.
Motivasi kerja Anda akan turun, sehingga:
- Tugas yang biasanya mudah terasa lebih berat.
- Sering melamun atau mudah terdistraksi.
- Butuh waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaan sederhana
Gejala ini juga ditunjukkan dengan scroll media sosial berulang kali tanpa alasan jelas di hari pertama kerja setelah liburan.
Ini bisa jadi tanda Anda sedang mengalami kesulitan untuk kembali fokus.
2) Merasa Lelah Berlebihan
Memang, libur panjang seharusnya menjadi upaya memulihkan energi.
Namun, jika selama liburan Anda sering begadang, banyak aktivitas fisik, atau terlalu banyak bersantai, tubuh bisa mengalami "jet lag" ketika kembali ke rutinitas.
Hasilnya? Anda bangun dengan tubuh yang terasa lemas dan sulit berenergi.
- Merasa kelelahan meskipun sudah cukup tidur
- Butuh kopi lebih banyak dari biasanya
- Merasa lemas dan kurang motivasi sepanjang hari
3) Mood Swing: Gampang Marah atau Malas
Banyak orang yang kembali dari liburan merasa tidak puas atau kehilangan kebebasan.
Ini bisa menimbulkan perasaan frustrasi, sedih, atau bahkan marah tanpa alasan yang jelas.
- Emosi mudah berubah-ubah
- Gampang kesal terhadap hal kecil di kantor
- Merasa "datar" atau tidak tertarik dengan pekerjaan
Jika Anda merasa mendadak kesal karena pekerjaan yang menumpuk atau merasa tidak ada motivasi, ini bisa menjadi tanda bahwa Anda sedang mengalami post-holiday syndrome.
4) Gangguan Tidur
Salah satu penyebab utama post-holiday syndrome adalah perubahan jam tidur.
Selama liburan, mungkin Anda tidur lebih larut dan bangun lebih siang.
Akibatnya, ketika harus kembali ke jam kerja normal, tubuhmu masih sulit beradaptasi.
Kurangnya tidur bisa memperburuk gejala post-holiday syndrome lainnya, seperti sulit fokus dan mood swing.
5) Perubahan Nafsu Makan
Beberapa orang mengalami perubahan pola makan setelah liburan:
ada yang kehilangan nafsu makan karena stres, ada juga yang justru makan berlebihan untuk menghibur diri. Akibatnya?
- Tidak berselera makan meskipun merasa lapar
- Cenderung mengonsumsi junk food atau makanan manis untuk "comfort"
- Merasa tidak puas meskipun sudah makan banyak
Perubahan pola makan ini bisa berdampak pada energi dan produktivitas kerja.
Jika Anda mengalami beberapa gejala di atas, jangan panik!
Ini adalah reaksi wajar tubuh terhadap perubahan ritme hidup. Yang penting, kita tahu bagaimana cara mengatasinya.
Penyebab Terjadinya Post-Holiday Syndrome

Untuk mengatasi post-holiday syndrome, kita perlu memahami akar permasalahannya.
Kenapa sindrom ini terjadi?
Perubahan Drastis dalam Pola Hidup
Saat liburan, kita cenderung bebas menentukan jam tidur, waktu makan, dan aktivitas sehari-hari.
Tidak ada alarm yang memaksa bangun pagi atau deadline yang harus dikejar.
Begitu kembali bekerja, tubuh dipaksa untuk beradaptasi kembali dalam waktu singkat. Inilah yang menyebabkan stres dan kelelahan.
Kembali ke Beban Kerja Berat Secara Mendadak
Liburan memberikan perasaan bebas, tanpa tanggung jawab yang besar.
Namun, saat kembali ke kantor, kita langsung dihadapkan pada tumpukan email, pekerjaan yang tertunda, dan deadline yang harus dikejar.
Perubahan drastis ini bisa membuat otak terasa “kaget” dan sulit untuk kembali produktif.
Tidak Ada Transisi yang Mulus
Idealnya, kita butuh waktu untuk menyesuaikan diri setelah liburan.
Tapi kenyataannya? Banyak orang langsung kembali ke rutinitas tanpa memberikan waktu adaptasi.
Tanpa transisi yang baik, otak dan tubuh bisa merasa overwhelmed, menyebabkan stres dan rasa malas yang berkepanjangan.
Ekspektasi untuk Langsung "On Fire"
Terkadang, kita (atau atasan) berharap bisa langsung bekerja dengan semangat penuh setelah liburan.
Kenyataannya, butuh waktu untuk kembali ke ritme kerja normal.
Tekanan ini justru bisa membuat post-holiday syndrome semakin parah karena kita merasa gagal jika tidak langsung produktif.
Cara Mengatasi Post-Holiday Syndrome

Kalau Anda sedang mengalami post-holiday syndrome, jangan terburu-buru untuk kembali produktif! Ini bukan tanda bahwa Anda malas atau tidak profesional.
Berikan otak dan tubuh Anda waktu untuk kembali ke ritme kerja.
Berikut beberapa cara efektif dan praktis untuk mengatasi post-holiday syndrome:
Mulai Perlahan, Jangan Langsung "Ngebut"
Bayangkan Anda baru belajar berlari. Kalau langsung sprint, kemungkinan besar Anda akan cepat lelah.
Hal yang sama berlaku ketika kembali bekerja setelah liburan. Jadi, bagaimana?
- Jangan langsung mengerjakan tugas berat di hari pertama. Mulai dengan pekerjaan ringan dulu.
- Prioritaskan tugas-tugas yang paling penting agar tidak kewalahan.
- Jangan langsung memaksakan diri bekerja dalam waktu lama—beri waktu tubuh dan otak untuk menyesuaikan diri kembali.
Atur Pola Tidur dengan Baik
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, gangguan tidur adalah salah satu penyebab utama post-holiday syndrome.
Kalau selama liburan Anda sering tidur larut dan bangun siang, kemungkinan besar tubuh Anda masih terbiasa dengan ritme itu.
- Kembalikan pola tidur setidaknya 2–3 hari sebelum bekerja agar tubuh tidak kaget.
- Hindari scrolling media sosial sebelum tidur agar tidak semakin sulit tidur.
- Gunakan alarm bertahap jika perlu, supaya kamu bisa bangun lebih awal tanpa terasa terlalu berat.
Jangan Lupa Istirahat Sejenak
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan setelah liburan adalah langsung bekerja tanpa henti karena merasa harus mengejar ketertinggalan.
Padahal, ini bisa membuat Anda semakin stres.
- Ambil waktu istirahat pendek setiap beberapa jam. Misalnya, gunakan teknik Pomodoro—bekerja selama 25 menit, lalu istirahat 5 menit.
- Luangkan waktu untuk mengobrol sebentar dengan teman kantor agar pikiran lebih rileks.
- Jika memungkinkan, pergi ke luar ruangan sebentar untuk menghirup udara segar.
Lakukan Aktivitas Fisik Ringan
Olahraga adalah salah satu cara terbaik untuk mengatasi kelelahan dan meningkatkan mood.
Tidak perlu olahraga berat—cukup aktivitas ringan yang bisa membantu meningkatkan energi.
- Lakukan stretching ringan sebelum mulai bekerja untuk membantu tubuh lebih rileks.
- Jika memungkinkan, jalan kaki sebentar di pagi atau sore hari untuk meningkatkan energi.
- Coba lakukan latihan pernapasan untuk membantu mengurangi stres dan meningkatkan fokus.
Journaling untuk Mengembalikan Motivasi
Kadang, post-holiday syndrome muncul karena kita kehilangan motivasi kerja.
Liburan terasa begitu menyenangkan, sementara pekerjaan terasa membosankan atau berat.
Journaling bisa membantu mengubah pola pikir dan meningkatkan semangat kerja. Caranya?
- Tuliskan hal-hal positif tentang pekerjaanmu yang bisa kamu syukuri.
- Buat daftar hal-hal yang kamu nantikan di tempat kerja—misalnya, proyek baru, bertemu teman kantor, atau mencoba kafe baru untuk makan siang.
- Tulis goals kecil untuk minggu pertama setelah liburan agar ada rasa pencapaian.
Tips Persiapan Mental Sebelum Liburan Berakhir

Jika Anda belum kembali bekerja, ini adalah waktu yang tepat untuk mencegah post-holiday syndrome.
Persiapan yang baik sebelum liburan berakhir bisa membuat transisi lebih mudah dan mengurangi rasa malas atau stres.
- Kembalikan Jam Tidur ke Normal
Mulai tidur dan bangun di jam yang sama seperti saat bekerja, minimal 2–3 hari sebelum masuk kerja.
Ini akan membantu tubuh Anda lebih mudah beradaptasi.
- Buat To-Do List untuk Hari Pertama
Persiapan daftar tugas ringan akan membantu Anda kembali bekerja dengan lebih santai. Jangan langsung membuat target yang terlalu besar!
- Hindari Lembur di Hari Pertama
Jangan langsung menghabiskan energi di hari pertama. Fokus pada transisi yang mulus agar stamina kerja tetap terjaga.
- Ciptakan Motivasi Kecil
Terkadang, hal kecil bisa membuat perbedaan besar! Misalnya:
- Minum kopi favorit di pagi hari sebelum mulai bekerja.
- Gunakan outfit yang membuatmu percaya diri.
- Dengarkan musik yang membangkitkan mood sebelum mulai bekerja.
Peran HR dan Manajemen dalam Mendukung Karyawan
HR dan manajemen juga memiliki peran penting dalam membantu karyawan melewati post-holiday syndrome.
Jika perusahaan bisa menciptakan transisi yang lebih smooth, karyawan akan lebih produktif dan lebih bahagia.
- Berikan "Grace Period" di Hari Pertama
Jangan langsung menekan karyawan dengan deadline ketat atau meeting yang padat. Berikan waktu untuk mereka beradaptasi kembali.
- Hindari Menumpuk Meeting dan Deadline di Minggu Pertama
Terlalu banyak tekanan di awal justru bisa membuat produktivitas menurun.
Sebisa mungkin, atur jadwal yang lebih fleksibel di minggu pertama setelah liburan.
- Adakan Sesi Refleksi atau Ngobrol Santai
Membuka ruang untuk diskusi ringan bisa membantu membangun kembali semangat tim.
Bisa dalam bentuk sharing session, coffee break bersama, atau diskusi ringan.
- Sediakan Akses ke Program Kesejahteraan Mental
Jika memungkinkan, perusahaan bisa memberikan akses ke layanan konsultasi atau workshop yang berfokus pada kesejahteraan mental karyawan.
Kesimpulan
Post-holiday syndrome adalah hal yang wajar, tapi jangan dibiarkan berlarut-larut.
Dengan langkah-langkah yang tepat, Anda bisa kembali ke rutinitas kerja dengan lebih nyaman dan semangat.
Ingat, liburan bukan hanya tentang istirahat, tapi juga tentang kembali dengan semangat kerja baru!
Jadi, mulai sekarang, yuk atur strategi agar transisi dari liburan ke kerja menjadi lebih mudah dan menyenangkan!

Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari