5 Contoh Tes Psikologi untuk Rekrutmen Karyawan
Tes psikologi, yang melibatkan pengukuran aspek-aspek seperti kepribadian, kognisi, keterampilan, minat, dan motivasi, telah dijadikan sebagai
Daftar Isi
Dalam dunia rekrutmen karyawan yang semakin kompetitif, perusahaan dituntut untuk memastikan bahwa mereka mempekerjakan individu yang tepat untuk peran yang dibutuhkan.
Salah satu alat yang efektif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang calon karyawan adalah dengan menggunakan tes psikologi dalam proses seleksi.
Tes psikologi, yang melibatkan pengukuran aspek-aspek seperti kepribadian, kognisi, keterampilan, minat, dan motivasi, telah dijadikan sebagai metode yang membantu untuk mengevaluasi potensi dan kesesuaian kandidat dengan posisi yang sedang direkrut.
Berikut artikel ini akan menjelaskan beberapa contoh tes psikologi yang digunakan dalam proses rekrutmen karyawan.
Definisi Tes Psikologi dalam Proses Rekrutmen Karyawan
Tes psikologi dalam proses rekrutmen karyawan merujuk pada penggunaan berbagai metode dan instrumen yang dirancang untuk mengukur berbagai aspek psikologis individu yang relevan dengan kinerja kerja dan kesuksesan dalam suatu posisi pekerjaan.
Tes-tes ini dirancang oleh para profesional psikologi yang terlatih dan berfokus pada penilaian sifat-sifat kepribadian, kemampuan kognitif, keterampilan, minat, dan motivasi kandidat.
Tes psikologi digunakan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari proses seleksi lainnya, seperti wawancara dan penilaian referensi, dengan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang karakteristik dan potensi kandidat.
Tes ini memungkinkan perekrut untuk melihat di balik informasi yang tertera di CV, dan memperoleh wawasan yang lebih objektif tentang kemampuan, kepribadian, dan preferensi kandidat.
Tujuan utama dari tes psikologi dalam proses rekrutmen adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dan dapat diandalkan tentang kandidat yang memungkinkan perusahaan untuk membuat keputusan seleksi yang lebih objektif dan informan.
Dengan menggunakan tes psikologi, perusahaan dapat mengidentifikasi calon karyawan yang memiliki potensi untuk berhasil dalam peran yang sedang direkrut, serta mengevaluasi kesesuaian mereka dengan nilai-nilai dan budaya perusahaan.
Manfaat Tes Psikologi dalam Rekrutmen Karyawan
Tes psikologi memiliki manfaat yang signifikan dalam proses rekrutmen karyawan. Berikut adalah beberapa manfaat utama tes psikologi dalam rekrutmen.
1. Penilaian Kepribadian
Tes psikologi membantu mengidentifikasi aspek kepribadian calon karyawan. Hal ini membantu dalam memahami
- bagaimana calon tersebut akan berinteraksi dengan orang lain di tempat kerja
- bagaimana mereka mengatasi tekanan
- tingkat motivasi
- pola berpikir
- cara mereka menyelesaikan masalah.
Informasi ini dapat membantu perusahaan menilai sejauh mana calon tersebut cocok dengan budaya perusahaan dan peran yang diinginkan.
2. Identifikasi Keterampilan dan Kemampuan
Tes psikologi juga dapat membantu mengukur keterampilan dan kemampuan calon karyawan yang mungkin tidak dapat diukur dengan cara lain.
Tes seperti tes kecerdasan atau tes keterampilan teknis dapat memberikan wawasan tentang kemampuan calon untuk menyelesaikan tugas-tugas yang spesifik.
Hal ini membantu dalam menilai sejauh mana calon tersebut memiliki potensi untuk berhasil di posisi yang diinginkan.
3. Prediksi Performa Kerja
Tes psikologi dapat membantu dalam memprediksi kinerja kerja calon karyawan di masa depan. Dengan mengukur aspek kepribadian, motivasi, dan kemampuan, tes psikologi dapat memberikan indikasi tentang sejauh mana seseorang akan berhasil dalam peran yang diinginkan.
Hal ini membantu perusahaan dalam membuat keputusan yang lebih terinformasi dan meminimalkan risiko perekrutan yang tidak efektif.
Contoh-Contoh Tes Psikologi dalam Rekrutmen Karyawan
Ada banyak tes psikologi yang dipakai dalam proses rekrutmen karyawan. Berikut, kami sampaikan lima contoh di antaranya.
1. Tes Pauli
Tes Pauli, atau disebut juga dengan Tes Koran, adalah salah satu jenis tes psikologi yang digunakan untuk mengukur preferensi atau kecenderungan individu terhadap tipe pekerjaan atau lingkungan kerja tertentu. Tes ini dikembangkan oleh psikolog Swiss bernama Hans Eduard Pauli.
Tes Pauli dilakukan dengan memberikan lembaran berisi angka 0 sampai 9 yang disusun secara vertikal dan membentuk lajur kepada calon karyawan.
Selanjutnya, selama 60 menit calon karyawan akan diminta untuk menjumlahkan dua angka yang berdekatan pada lembaran tersebut. Hasil perhitungan harus diletakkan di antara dua angka yang dijumlahkan.
Nantinya, pengawas akan memberikan tanda selama 3 menit sekali. Ketika mendengar tanda tersebut, calon karyawan diminta untuk membubuhkan garis batas terakhir di hasil kerjanya.
Hasil dari Tes Pauli dapat memberikan informasi yang berharga mengenai tingkat performa, ketekunan, ketelitian, dan kecepatan kerja calon karyawan. Selain itu, tes ini juga membantu perusahaan dalam melihat stabilitas emosi calon karyawan.
2. Tes MBTI
Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) adalah alat psikometri yang populer digunakan untuk mengukur preferensi kepribadian individu.
Tes ini dikembangkan oleh Isabel Myers dan Katharine Briggs. MBTI bertujuan untuk membantu individu memahami tipe kepribadian mereka dan memberikan wawasan tentang preferensi psikologis mereka dalam berinteraksi dengan dunia sekitar.
MBTI mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian yang berbeda. 16 kepribadian tersebut didasarkan pada empat dimensi kepribadian utama, yaitu:
- Ekstrovert (E) vs. Introvert (I): Dimensi ini menggambarkan kecenderungan individu dalam mengarahkan energi mereka. Ekstrovert cenderung mendapatkan energi dari interaksi sosial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih bersemangat dalam situasi kelompok, sedangkan Introvert cenderung mendapatkan energi dari waktu sendiri dan memiliki kecenderungan untuk merenung secara internal.
- Sensing (S) vs. Intuition (N): Dimensi ini mencerminkan cara individu mengumpulkan informasi dari lingkungan. Sensing cenderung lebih fokus pada detail konkret dan informasi yang tersedia secara langsung, sementara Intuition cenderung melihat pola, melihat gambaran besar, dan menarik kesimpulan yang lebih abstrak.
- Thinking (T) vs. Feeling (F): Dimensi ini menggambarkan cara individu membuat keputusan. Thinking cenderung menggunakan logika dan analisis objektif dalam pengambilan keputusan, sedangkan Feeling cenderung mempertimbangkan nilai-nilai pribadi dan dampak emosional dalam pengambilan keputusan.
- Judging (J) vs. Perceiving (P): Dimensi ini mencerminkan kecenderungan individu dalam berhubungan dengan dunia sekitar. Judging cenderung lebih terstruktur, terorganisir, dan memiliki preferensi untuk membuat keputusan, sedangkan Perceiving cenderung lebih fleksibel, adaptif, dan lebih terbuka untuk pengalaman baru.
Hasil dari tes MBTI menghasilkan empat huruf yang mewakili preferensi individu dalam setiap dimensi. Misalnya, seseorang dapat memiliki tipe kepribadian "INTJ" yang berarti Introvert, Intuition, Thinking, dan Judging.
3. Tes Wartegg
Tes Wartegg, juga dikenal sebagai Tes Wartegg Drawing Completion Test, adalah tes proyektif yang digunakan untuk memperoleh wawasan tentang aspek-aspek kepribadian seseorang.
Tes ini dikembangkan oleh Ehrig Wartegg dan digunakan dalam bidang psikologi, terutama dalam asesmen psikologis dan penilaian kepribadian.
Tes Wartegg melibatkan serangkaian kotak-kotak kosong yang membentuk sebuah gambar yang belum selesai. Setiap kotak menggambarkan bagian-bagian yang tidak lengkap dari suatu objek atau bentuk. Calon karyawan akan diminta untuk melengkapi gambar-gambar tersebut.
Tes Wartegg juga dapat memberikan informasi tentang beberapa karakteristik kepribadian seperti hal-hal sebagai berikut.
Pertama, memberikan wawasan mengenai emosi; apakah calon karyawan merupakan seseorang yang mudah bergaul atau hanya fokus pada diri sendiri. Kedua, memberikan wawasan mengenai proses imajinasi; apakah calon karyawan termasuk ke dalam tipe yang kreatif atau combining.
Ketiga, memberikan wawasan mengenai intelektualitas; apakah calon karyawan lebih menekankan spekulasi atau praktikal. Terakhir, tes ini juga memberikan wawasan mengenai sifat aktivitas; apakah calon karyawan bersifat dinamis atau suka dikontrol.
4. Edward’s Personal Preference Scale
Tes Edward's Personal Preference Schedule (EPPS) adalah tes kepribadian yang dikembangkan oleh Allen L. Edwards.
Tes ini dirancang untuk mengukur preferensi pribadi individu terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, hubungan sosial, hiburan, dan kegiatan lainnya.
EPPS terdiri dari serangkaian pernyataan atau deskripsi yang mencakup 15 skala kepribadian yang berbeda, sebagai berikut.
- Agression: kebutuhan agresi tinggi yang menyebabkan sering berselisih paham dengan orang lain.
- Heterosexuality: tingkat kebutuhan untuk bergaul dengan lawan jenis.
- Change: tingkat kebutuhan untuk berubah.
- Endurance: ketekunan untuk melakukan sesuatu.
- Nurturance: menunjukkan kasih sayang.
- Dominance: kecenderungan untuk memimpin.
- Abasement: kecenderungan untuk melakukan kompromi.
- Affiliation: menunjukkan ingin menjalin relasi.
- Succorance: kebutuhan untuk dibantu oleh orang lain.
- Intraception: menganalisis diri sendiri dan orang lain.
- Achievement: keinginan untuk mencapai sesuatu.
- Order: kebutuhn untuk menjadi terorganisir.
- Exhibition: kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian.
- Deference: kecenderungan untuk mengikuti ekspektasi tertentu.
- Autonomy: kebutuhan untuk menjadi independen.
Tes ini didasarkan pada teori psikologi yang menyatakan bahwa preferensi individu terhadap berbagai aspek kehidupan dapat memberikan wawasan tentang motivasi, minat, dan kepribadian mereka.
Dengan mengukur preferensi dalam berbagai domain, EPPS dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang individu dan preferensi pribadi mereka.
5. Caliper Profile
Profil Caliper, atau biasa disebut Caliper, adalah alat penilaian kepribadian yang digunakan dalam manajemen bakat dan seleksi karyawan.
Alat ini dikembangkan oleh Dr. Herb Greenberg dan dirancang untuk mengukur berbagai aspek kepribadian, perilaku, dan potensi seseorang di lingkungan kerja.
Profil Caliper menilai berbagai karakteristik kepribadian, termasuk gaya komunikasi, pendekatan dalam memecahkan masalah, gaya pengambilan keputusan, motivasi, keberanian, dan keterampilan interpersonal.
Penilaian ini terdiri dari serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang dijawab oleh individu berdasarkan tingkat setuju atau tidak setuju. Jawaban-jawaban tersebut kemudian dianalisis untuk memberikan wawasan tentang kekuatan, kelemahan, dan potensi pengembangan individu terkait pekerjaan.
Profil Caliper umumnya digunakan oleh organisasi dalam proses perekrutan dan seleksi untuk mengidentifikasi kandidat yang memiliki kualitas dan atribut yang diinginkan untuk peran atau posisi tertentu.
Ini membantu pengusaha membuat keputusan yang lebih berdasarkan informasi tentang kesesuaian kandidat dengan pekerjaan, gaya kerja, dan kecenderungan perilaku.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tes psikologi memiliki peran penting dalam proses rekrutmen karyawan.
Tes-tes tersebut membantu dalam mengidentifikasi kecocokan individu dengan pekerjaan dan organisasi, serta memberikan wawasan tentang kepribadian, kemampuan, dan potensi calon karyawan.
Tes psikologi juga dapat membantu mengurangi bias subjektif dalam pengambilan keputusan rekrutmen dan meningkatkan akurasi dalam menilai kandidat.
Dengan memanfaatkan berbagai macam tes psikologi yang sesuai, perusahaan dapat membangun tim yang kuat dan produktif, serta menciptakan lingkungan kerja yang sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan organisasi.
Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari