Exit Interview: Cara Memahami Alasan Karyawan Resign Setelah THR
Exit interview adalah kunci bagi HR untuk mengungkap akar masalah turnover setelah THR—apakah karena gaji, minimnya peluang karier, atau budaya kerja yang kurang mendukung.

Daftar Isi
Exit Interview
karyawan mungkin bergabung karena benefit dan gaji, tetapi mereka bertahan karena budaya kerja perusahaan.
Setiap tahun, gelombang resign pasti datang tepat setelah THR dibayarkan. HR merasa kebingungan karena merasa sudah memberikan semua hak karyawan, termasuk benefit diluar gaji.
Exit interview dapat menjadi metode HR untuk memahami alasan dibalik keputusan resign meski perusahaan telah memberikan segalanya.
Dengan data yang dikumpulkan, Anda tidak perlu membuat asumsi sendiri terkait alasan karyawan resign.
Sebab faktor lain seperti ketidakpuasan kinerja secara pribadi, ataupun lingkungan juga berkontribusi pada keputusan pengunduran diri karyawan.
Exit interview dapat menjadi langkah strategis bagi perusahaan untuk mengevaluasi kebijakan dan mencegah turnover yang lebih besar di masa mendatang.

Mengapa Exit Interview Penting untuk Memahami Turnover?
Sederhananya, Anda tidak bisa memperbaiki sesuatu yang tidak Anda pahami.
Oleh karena itu, exit interview dapat membantu Anda memahami alasan utama karyawan mengundurkan diri.
Gambaran ini dapat Anda peroleh setelah menanyakan beberapa hal kepada karyawan resign.
Misalnya, apakah lebih banyak karyawan resign karena gaji? Atau justru lingkungan kerja dan kurangnya kesempatan berkembang?
Dengan menganalisa faktor-faktor utama penyebab karyawan resign, Anda dapat menyusun strategi retensi yang lebih efektif.
Selain itu, manfaat exit iterview juga dapat membantu Anda dalam:
- Menganalisa Pola Turnover dan Mencegah Resign Massal
Jika banyak karyawan keluar setelah THR, bukankah perusahaan perlu mencari pola dan penyebabnya.
Apakah ini tren tahunan? Atau ada masalah sistemik yang perlu segera diperbaiki?
Misalnya:
Sebuah perusahaan teknologi menemukan bahwa 60% karyawannya yang resign setelah THR merasa stagnan dalam karier.
Sebagai solusi, mereka menerapkan program rotasi kerja dan mentoring untuk meningkatkan motivasi karyawan.
- Mengidentifikasi Kelemahan dalam Kebijakan HR dan Lingkungan Kerja
Exit interview juga bisa mengungkap aspek-aspek yang perlu diperbaiki, seperti kebijakan kompensasi, sistem kerja, atau gaya kepemimpinan.
Misalnya, jika banyak karyawan mengeluhkan kebijakan kerja yang kaku, HR dapat mempertimbangkan model kerja hybrid atau fleksibel.
Ataupun karyawan merasa tidak puas dengan kerja tim, maka Anda dapat menyusun strategi bagaimana meningkatkan kinerja tim.
- Membangun Employer Branding yang Lebih Baik
Manfaat exit interview sering kali baru dirasakan dalam jangka waktu panjang.
Dengan exit interview, Anda sama saja sedang membangun employer branding perusahaan yang lebih baik.
Ini karena perusahaan yang terbuka terhadap feedback dan terus berbenah akan memiliki citra positif di mata karyawan, membuat mereka merasa memiliki ikatan dengan perusahaan.
Mempertahankan karyawan berkualitas yang sudah ada.
Tidak hanya itu, employer branding positif juga dapat menarik talenta baru untuk bergabung dengan perusahaan di masa yang akan datang.
Baca Juga: 8 Cara Meningkatkan Employee Engagement Paling Efektif
Pertanyaan Kunci yang Harus Diajukan dalam Exit Interview

Ada 5 (lima) pertanyaan exit interview yang wajib ditanyakan untuk memahami keputusan pengunduran diri karyawan.
Lima pertanyaan ini berhubungan dengan gaji, benefit, dan kondisi lingkungan kerja yang dapat memengaruhi keputusan mereka untuk resign.
Berikut adalah penjelasan dari Kerjoo.
- Menggali Alasan Resign: Apa yang Membuat Karyawan Pergi?
Contoh pertanyaan exit interview yang dapat diajukan, yaitu:
- Apa alasan utama Anda meninggalkan perusahaan ini?
- Apakah ada faktor tertentu yang memicu keputusan resign?
- Kepuasan terhadap Gaji, Benefit, dan Insentif Perusahaan
Sementara untuk mengetahui apakah gaji dan benefit mempengaruhi keputusan pengunduran diri karyawan, berikut adalah pertanyaannya.
- Apakah Anda merasa gaji dan benefit di perusahaan ini sudah sesuai dengan standar industri?
- Bagaimana pendapat Anda tentang kebijakan THR dan bonus perusahaan?
3. Hubungan dengan Atasan dan Rekan Kerja
Anda juga dapat menanyakan seputar lingkungan kerja, termasuk bagaimana mereka memandang hubungan dengan atasan dan rekan kerja.
- Bagaimana hubungan Anda dengan manajer dan tim?
- Apakah Anda merasa didukung dan dihargai selama bekerja di perusahaan ini?
4. Apakah Karyawan Merasa Diberikan Kesempatan Berkembang?
Selain itu, berikan karyawan ruang untuk berpendapat terkait peluang pengembangan diri di perusahaan.
- Apakah Anda merasa perusahaan menyediakan cukup peluang untuk berkembang?
- Jika ada program pelatihan atau promosi, apakah menurut Anda sudah cukup efektif?
Ini juga dapat menjadi refleksi Anda terkait program pengembangan diri di perusahaan.
5. Apa yang Bisa Perusahaan Perbaiki untuk Meningkatkan Retensi?
Jangan lupa untuk membuka diri terhadap feedback karyawan resign.
- Menurut Anda, perubahan apa yang bisa membantu perusahaan mempertahankan lebih banyak karyawan?
- Apakah ada sesuatu yang bisa dilakukan agar Anda mempertimbangkan untuk tetap tinggal?
Contoh pertanyaan exit interview ini dapat menjadi data ataupun pedoman Anda dalam merancang strategi sumber daya manusia perusahaan.
Bagaimana HR Dapat Menggunakan Data Exit Interview untuk Perbaikan Perusahaan?

Setelah melakukan exit interview, pastikan Anda memahami bagaimana menggunakan data tersebut untuk mengelola karyawan.
Data memang berbicara fakta, tetapi kita juga perlu memahami.
Oleh karena itu, gunakan hasil exit interview untuk menganalisa pola dan tren pengunduran diri yang dilakukan karyawan.
Berikut adalah penjelasan dari Kerjoo.
Menganalisis Pola dan Tren Resign Setelah THR
Apakah turnover terjadi karena faktor eksternal (misalnya, musim rekrutmen di industri lain) atau faktor internal (misalnya, budaya kerja yang kurang kondusif)?
Analia pola ini melalui hasil exit interview yang telah dilakukan.
Misalnya, apabila sebuah perusahaan ritel menemukan peningkatan turnover setiap Maret karena adanya lowongan baru di sektor e-commerce.
Anda kemudian meningkatkan benefit dan memberikan bonus retensi untuk karyawan potensial.
Menggunakan Data untuk Menyesuaikan Kebijakan Retensi Karyawan
Jika gaji menjadi faktor utama, perusahaan bisa mengevaluasi kebijakan kompensasi.
Sebaliknya, apabila karyawan merasa kurang dihargai, bisa diterapkan strategi peningkatan engagement.
Meningkatkan Employee Engagement Berdasarkan Masukan dari Exit Interview
Masukan dari karyawan yang keluar bisa digunakan untuk meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja karyawan yang masih bertahan.
Misalnya, jika banyak keluhan terkait minimnya komunikasi, HR dapat mengadakan sesi town hall atau feedback rutin.
Mengatasi Masalah Lingkungan Kerja dan Budaya Organisasi
Jika banyak karyawan mengeluhkan manajemen yang buruk atau kurangnya komunikasi internal, perusahaan bisa menerapkan kebijakan perbaikan seperti pelatihan kepemimpinan atau sistem evaluasi yang lebih transparan.
Baca Juga: Gaji vs. Budaya Perusahaan – Mana yang Lebih Berpengaruh pada Turnover Pasca-THR?
Contoh Kebijakan Berbasis Data dari Exit Interview

HR yang baik tidak hanya mengelola karyawan, tetapi juga menjaga talenta.
Beberapa contoh kebijakan dari exit interview yang mungkin dapat Anda terapkan adalah sebagai berikut.
1) Kompensasi dan Benefit
Apabila mayoritas hasil exit interview berkaitan dengan kompensasi dan benefit, maka sesuaikan tunjangan supaya lebih kompetitif.
Analisis apakah gaji dan tunjangan sudah sesuai dengan standar industri.
Sediakan insentif tambahan untuk meningkatkan loyalitas karyawan.
2) Peluang Pengembangan Karier
Sementara jika peluang pengembangan karier menjadi alasan karyawan resign, pertimbangkan program upskilling dan promosi internal.
Anda dapat meningkatkan akses karyawan terhadap pelatihan dan sertifikasi yang relevan.
Ini membantu memperjelas jalur karier, sehingga karyawan merasa ada peluang berkembang di perusahaan.
3) Fleksibilitas Kerja
Apabila mayoritas karyawan resign karena ketatnya aturan, atau kurangnya fleksibilitas, pertimbangkan jam kerja yang lebih fleksibel.
Implementasikan program work life balance yang lebih baik, seperti penerapan sistem hybrid ataupun work form home.
4) Meningkatkan Kepemimpinan
Atasan juga sering kali menjadi alasan resign bagi karyawan.
Oleh karena itu, sediakan pelatihan kepemimpinan untuk manajer supaya lebih mendukung tim.
Dengan demikian, Anda telah meminimalisir faktor penyebab karyawan resign di kemudian hari.
Kesimpulan
Exit interview bukan hanya formalitas ketika terdapat karyawan resign, tetapi metode untuk memahami dan memperbaiki lingkungan kerja.
Metode exit interview juga dapat menjadi langkah strategis untuk meminimalisir angka turnover di perusahaan.
Adapun langkah-langkah konkret yang dapat Anda lakukan berdasarkan data exit interview, yaitu:
- Gunakan feedback dari exit interview untuk memperbaiki kebijakan HR.
- Terapkan strategi retensi yang lebih baik agar turnover pasca-THR bisa diminimalkan.
Dengan memahami alasan di balik resign karyawan, Anda dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, mempertahankan talenta, dan membangun budaya yang lebih sehat.
Anda juga dapat menggunakan HRIS Kerjoo untuk menunjang produktivitas, mengelola karyawan dengan lebih baik.
Dapatkan uji coba gratis selama 14 hari!
Kerjoo juga menyediakan sumber bacaan untuk HR, karyawan, dan perusahaan yang dapat diakses melalui Kerjoo Blog!

Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari