Mengapa Karyawan Kehilangan Motivasi Setelah Liburan? Ini Solusinya!

Daftar Isi
Setelah libur panjang, Anda merasa karyawan malas bekerja, terlihat lesu, tidak fokus, atau bahkan kehilangan semangat kerja?
Tenang, jangan terburu-buru untuk menegur mereka. Bisa saja mereka sedang mengalami post holiday syndrome.
Fenomena ini biasa dialami karyawan setelah cuti panjang, terutama di Hari Raya ataupun hari-hari penting lainnya.
Dikutip dari Benefit System, setelah liburan presentase karyawan malas bekerja bisa terlihat dari: turunnya konsentrasi, meningkatnya absensi, dan menurunnya kepuasan kerja.
Rasa enggan ini tentunya bukan hanya efek samping 'kebanyakan libur,' tetapi ada proses psikologis yang terlibat, sehingga perlu ditangani dengan bijak.
Jika tidak, kehilangan semangat kerja ini bisa menular ke rekan kerja lainnya. Yang tadinya kantor produktif jadi lebih minim energi.
Simak penjelasan lengkap dari aplikasi absensi online Kerjoo berikut ini.

Faktor Psikologis di Balik Turunnya Motivasi Kerja Setelah Liburan
Turunnya motivasi kerja setelah liburan adalah hal wajar, dan tidak selalu berarti karyawan malas bekerja.
Bayangkan, seminggu sebelumnya Anda sedang menikmati waktu santai bersama keluarga, namun sekarang harus duduk di depan laptop, menatap spreadhseet dan deretan email yang belum dibaca.
Tidak heran kalau mendadak karyawan kehilangan semangat kerja karena mereka sebenarnya belum siap kembali ke mode kerja.
Beberapa faktor psikologis utama penyebab turunnya motivasi kerja setelah liburan antara lain:
Transisi Mendadak dari Rileks ke Rutinitas Intens
Libur panjang bisa diibaratkan dengan mode slow motion karena waktu terasa lebih panjang dan tekanan nyaris tidak ada.
Sementara ketika kembali bekerja, karyawan mengalami transisi terlalu drastis padahal mereka masih membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.
Ada baiknya, apabila karyawan diberikan kelonggaran waktu untuk beradaptasi, misalnya dengan memberikan deadline proyek yang lebih fleksibel.
Situasi ini bukan berarti harus berjalan seterusnya. 1-2 minggu pertama setelah bekerja sudah cukup bagi karyawan untuk kembali ke mode kerja.
Perubahan Ritme Tidur dan Pola Makan
Selama libur panjang, karyawan akan mengalami perubahan pola tidur karena tidak terpaku pada waktu kerja.
Begitu kembali kembali ke rutinitas, tubuh mereka mengalami 'jet lag' karena perlu bersiap dan datang tepat waktu ke tempat kerja.
Situasi ini membuat karyawan malas bekerja karena mereka merasa harus kembali menyesuaikan ritme tidur dan pola makan dengan jadwal kerja.

Perasaan Kehilangan Kebebasan atau Waktu Keluarga
Untuk beberapa karyawan, liburan adalah momentum untuk kembali terhubung dengan orang terdekat.
Tentu, saat harus kembali bekerja, ada perasaan kehilangan yang muncul—kebebasan waktu dan momen hangat bersama keluarga hilang seketika.
Situasi inilah yang bisa memunculkan emosi negatif seperti sedih, malas, dan kehilangan semangat kerja.
Beban Kerja yang Menumpuk
Saat liburan, banyak pekerjaan tertunda. Dan ketika kembali, semuanya menunggu untuk dibereskan.
Hal ini menciptakan tekanan besar di awal minggu kerja. Rasa kewalahan bisa memicu kecemasan dan membuat motivasi kerja setelah liburan makin turun.
Baca Juga: 5 Rutinitas Pagi yang Bisa Dilakukan Sebelum Berangkat Kerja
Masalah Kerja yang Belum Tuntas
Kalau sebelum libur karyawan sudah merasa tidak puas atau stres dengan pekerjaan, maka liburan hanya jadi jeda sementara.
Begitu kembali, semua perasaan itu ikut muncul lagi. Bahkan bisa terasa lebih berat karena sebelumnya sudah merasa 'hidup yang lebih baik' di luar kantor.
Oleh karena itu, kunci memulihkan motivasi kerja bukan cuma soal istirahat yang cukup, tapi juga bagaimana transisi itu dikelola.
Jika perusahaan menyadari ini sebagai isu penting, maka mereka bisa mencegah efek domino yang lebih serius terhadap performa dan moral tim.
Bagaimana Atasan Dapat Memberikan Dukungan Lebih kepada Tim
Banyak atasan berpikir bahwa karyawan akan otomatis kembali ke mode kerja setelah liburan. Padahal, kenyataannya tidak semudah itu.
Motivasi itu ibarat api unggun— yang kalau tidak dijaga, bisa padam.
Nah, di sinilah peran atasan sangat krusial. Bukan hanya sebagai pengarah, tapi juga sebagai pendamping emosional tim di masa transisi.
Ucapan Selamat Datang dan Empati
Sederhana, tapi powerful untuk memulihkan motivasi kerja setelab liburan.
Sebuah kalimat 'Selamat datang kembali! Gimana liburannya?' bisa jadi penyambung emosi yang kuat.
Ini menunjukkan bahwa atasan menghargai sisi manusia karyawan dan bukan hanya kinerja ataupun performan mereka.
Ucapan kecil ini membuat karyawan merasa diperhatikan, sehingga lebih siap kembali bekerja tanpa tekanan.
Menghindari Tekanan Target di Hari-Hari Awal
Penyebab karyawan malas bekerja adalah sudah membayangkan bagaimana kantor akan memberikan mereka tekanan.
Memberikan deadline ketat di hari pertama kerja tentu bukan keputusan tepat.
Ini hanya akan menambah stres dan membuat mereka kehilangan semangat kerja.
Jika memungkinkan, beri waktu adaptasi. Susun prioritas ulang dan izinkan tim menyelesaikan tugas-tugas yang paling mendesak dulu.
Ini bukan emperlambat kerja, tapi tentang mengelola energi tim dengan bijak.

One-on-One Check-In
Memulihkan semangat kerja setelah liburan juga dapat dilakukan dengan one on one check in. Atau ngobrol tipis-tipis dengan tim.
Tanyakan bukan hanya tentang pekerjaan, tapi juga kesiapan mereka secara mental dan emosional.
Dengan begitu, atasan bisa memahami hambatan yang mungkin belum terlihat, dan membantu menemukan solusinya.
Menjadi Role Model Positif
Karyawan cenderung meniru energi atasannya. Jika seorang leader menunjukkan semangat, fleksibilitas, dan empati, maka tim akan cenderung mengikuti.
Tapi jika yang terlihat hanya tekanan dan buru-buru, maka motivasi tim bisa makin menurun.
Ubah suasana kantor atau lingkungan kerja jadi lebih 'welcome.'
Bisa dengan putar musik yang santai di pagi hari, menambahkan elemen visual yang menenangkan, atau sekadar menyediakan kopi dan camilan ringan di meja bersama.
Hal-hal kecil ini bisa memulihkan motivasi kerja karyawan secara perlahan.
Strategi Jangka Pendek dan Jangka Panjang untuk Meningkatkan Motivasi
Kita nggak bisa berharap motivasi langsung kembali 100% hanya dengan kata-kata penyemangat.
Dibutuhkan strategi nyata—baik yang bisa diterapkan sekarang juga, maupun yang dirancang untuk jangka panjang.
Beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah:
Strategi Jangka Pendek
Strategi jangka pendek ini dapat diterapkan langsung di minggu-minggu awal karyawan kembali bekerja, antara lain:
- Susun Ulang Workload
Hindari melempar semua tugas berat sekaligus.
Bantu tim menyusun pekerjaan berdasarkan urgensi dan kapasitas mental. Mulai dari tugas-tugas ringan untuk membangun kembali semangat kerja.
- Sediakan Ruang Istirahat Mental
Biarkan ada waktu untuk karyawan 'bernapas,' supaya tidak malas bekerja setelah libur panjang.
Adakan sesi coffee break santai, ruang berbagi cerita liburan, atau bahkan aktivitas ringan seperti journaling bareng.
- Mini-Games atau Kegiatan Engagement Ringan
Coba selipkan permainan sederhana atau kuis ringan yang bisa mencairkan suasana. Bisa dalam bentuk ice-breaking di pagi hari atau sesi trivia berhadiah kecil.
- Reminder Positif di Ruang Kerja
Buat quote board dengan kutipan semangat, poster motivasi, atau playlist musik positif bisa jadi pengingat kecil yang menyemangati setiap hari.

Strategi Jangka Panjang
Sementara untuk menjaga motivasi kerja karyawan secara berkelanjutan, perusahaan dapat melakukan langkah berikut.
- Jalur Karier dan Pelatihan Pengembangan Diri
Karyawan yang merasa berkembang akan lebih termotivasi. Tawarkan training, webinar, atau kesempatan belajar yang relevan.
- Sistem Reward & Recognition
Apresiasi itu nggak melulu soal bonus besar. Ucapan terima kasih, sertifikat, atau pengakuan publik bisa memberi dampak besar terhadap semangat kerja.
- Budaya Kerja Suportif
Bangun budaya kerja yang sehat dan manusiawi. Dorong komunikasi terbuka, kerja sama tim, dan jaga keseimbangan kerja-hidup.
- Program Internal Wellness atau Mindfulness
Meditasi pagi, yoga ringan, atau workshop kesehatan mental bisa jadi bagian dari rutinitas. Ini bukan tren semata, tapi kebutuhan nyata di dunia kerja modern.
Contoh Implementasi Program Meningkatkan Motivasi Kerja
Kadang kita butuh melihat contoh nyata untuk percaya bahwa sebuah strategi bisa berhasil.
Berikut beberapa contoh gambaran implementasi program yang bisa jadi inspirasi:
Contoh Penerapan Program “Welcome Back Week”
Setiap kali masa libur panjang berakhir, Perusahaan dapat mencegah karyawan malas bekerja dengan tradisi “Welcome Back Week.”
Selama satu minggu penuh, Anda menggelar berbagai aktivitas santai seperti:
- Sesi refleksi liburan (sharing foto atau cerita menarik)
- Kuis tim dengan hadiah lucu
- Mini workshop motivasi dari psikolog atau coach
- Musik akustik saat coffee break
- Timeline kerja yang disesuaikan agar tidak terlalu menekan
Memberikan Kompensasi “Adjustment Day”
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa profesional, Anda dapat memperhatikan keseimbangan emosional karyawan.
Salah satu kebijakan unik mereka adalah memberikan “Adjustment Day” — yaitu hari pertama kerja setelah liburan diubah menjadi hari non-produktif yang fleksibel.
Karyawan boleh datang lebih siang, mengikuti sesi refleksi bersama tim, atau menyusun ulang tugas mereka sendiri.
Tidak ada meeting atau deadline di hari itu. Ini memungkinkan transisi dari liburan ke rutinitas terjadi secara lebih smooth.
Program Sistem Rotasi Beban Kerja untuk Industri Retail
Retail adalah industri dengan intensitas kerja tinggi. Anda pasti menyadari bahwa ketika semua tim kembali dari liburan secara bersamaan, beban kerja bisa terasa menumpuk dan bikin stres.
Solusinya? Anda menerapkan sistem rotasi beban kerja untuk menjaga motivasi kerja karyawan setelah liburan.
Karyawan dibagi ke dalam kelompok rotasi liburan dan tugas, sehingga tidak semua kembali ke pekerjaan berat di waktu yang sama.
Selain itu, Anda juga menggunakan sistem peer support — di mana setiap orang didampingi oleh “rekan kerja pemulih semangat” untuk memastikan tidak ada yang merasa kewalahan.
Hasilnya adalah transisi yang lebih mulus dan peningkatan kepuasan karyawan selama periode awal kerja.
Kesimpulan
Kehilangan motivasi kerja setelah liburan bukan tanda karyawan malas bekerja. Itu adalah respon alami tubuh dan pikiran terhadap perubahan ritme dan tekanan.
HR dan atasan punya peran besar dalam menciptakan transisi yang sehat.
Dengan empati, dukungan, dan strategi yang tepat, masa-masa “lemas” setelah liburan bisa jadi peluang untuk merevitalisasi semangat kerja dan bahkan memperkuat budaya tim.
Kuncinya ada di keseimbangan: strategi jangka pendek untuk pemulihan cepat, dan pendekatan jangka panjang untuk membangun lingkungan kerja yang lebih sustain dan suportif.
Dengan aplikasi absensi online Kerjoo, Anda juga dapat memanajemen kehadiran dan produktivitas karyawan dengan lebih efektif.
Anda bisa mendapatkan uji coba gratis selama 14 hari di sini.

Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari