Apa Itu Hustle Culture? Ketahui Dampak Positif Negatifnya

Tren hustle culture tidak asing lagi bagi pekerja berbagai kalangan. Ada sisi positif dan negatif yang harus Anda ketahui

hustle culture

Daftar Isi

Pernahkah Anda merasa kewalahan dengan berbagai tugas yang harus dikerjakan? Bukan hanya sendiri, tapi juga tidak sedikit rekan kerja yang bekerja dalam waktu lama setiap hari.

Bahkan lupa waktu untuk beristirahat beberapa waktu sejenak untuk memulihkan energi. Situasi seperti ini dikenal dengan hustle culture yang sudah tidak asing lagi bagi pekerja berbagai kalangan.

Tidak jarang karyawan milenial membagikan berbagai momen sibuk kerja melalui media sosial. Bukan tentang apa yang sedang mereka kerjakan, tapi lebih fokus kepada kesibukan yang dianggap sebagai suatu kebanggaan.

Lalu, apakah sebenarnya hustle culture memberi dampak positif bagi perusahaan dan karyawan itu sendiri? Simak selengkapnya pada ulasan berikut.

Apa Itu Hustle Culture?

Hustle culture adalah suatu gaya hidup yang menempatkan pekerjaan sebagai pusat kehidupan. Pada intinya jam kerja yang panjang dianggap lebih baik. Waktu istirahat dianggap sebagai kemalasan. Orang yang menjalani gaya hidup seperti ini juga dikenal sebagai workaholic.

Pada dasarnya, hustle culture adalah tentang pekerjaan yang mendominasi waktu dalam sehari sedemikian rupa, sehingga tidak punya banyak waktu untuk menjalani aktivitas lain. Hal itu disampaikan oleh Joe Ryle, direktur dari 4 Day Week Campaign.

Ini adalah gaya hidup di mana karier telah menjadi prioritas dalam hidup atau lingkungan tempat kerja. Bahkan, aspek lain dari kehidupan manusia seperti; hobi, waktu keluarga, dan perawatan diri sering kali tidak diperhatikan.

hustle culture

Dampak Positif dan Negatif Hustle Culture

Workaholic memberi peluang yang bisa menguntungkan pekerja penuh waktu dan paruh waktu untuk beberapa hal. Seperti halnya pekerjaan apa pun, pekerjaan memiliki aspek baik dan buruk.

Bukan menghindarinya, tapi inilah yang harus Anda ketahui tentang pro dan kontra dari hustle culture. Jadi, apa saja dampak positif dan negatifnya?

(+) Potensi Penghasilan yang Meningkat

Hal positif pertama bagi orang-orang yang bekerja lebih keras dari yang lain adalah peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih besar. Khususnya untuk orang yang memiliki pekerjaan sampingan selain pekerjaan utama.

Hanya saja, untuk menemukan ritme kerja yang sesuai, seringkali butuh waktu yang tidak sebentar.

(+) Banyak Peluang Karier

Saat membahas peluang karier, pasti akan ada banyak cara yang perlu diupayakan untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Peluang atau kesempatan tidak lepas dari bagaimana seseorang memilih waktu yang tepat.

Semakin banyak hal yang dilakukan dalam frekuensi yang lebih sering, di situlah kesempatan atau peluang akan meningkat.

(+) Peningkatan Produktivitas

Tidak diragukan lagi, satu keuntungan signifikan dari tren hustle culture adalah peningkatan produktivitas. Menurut sebuah penelitian, hampir 70 persen profesional yang beralih ke pekerjaan jarak jauh karena pandemi mengatakan bahwa mereka sekarang masih bekerja di akhir pekan.

45 persen mengatakan bahwa mereka secara teratur bekerja lebih banyak selama seminggu daripada sebelumnya.

Hal ini akan menjadi sesuatu yang menguntungkan jika memang ada rencana kerja yang spesifik. Begitu juga hasil pekerjaan yang diinginkan, jadi tidak hanya sekadar sibuk.

hustle culture

Akan tetapi, selain dampak positif di atas, kita juga tidak lepas dari dampak negatif seperti berikut ini.

(-) Berisiko Mengalami Burnout

Menurut sebuah studi oleh Deloitte, 77% orang pernah mengalami burnout dalam pekerjaan mereka dan 42% telah meninggalkan pekerjaan mereka karena mereka merasa kelelahan.

Ini adalah hasil dari tekanan mental dan emosional karena bekerja berjam-jam dan berusaha untuk memenuhi harapan yang tidak realistis.

(-) Kondisi Kesehatan Terganggu

Selain berdampak pada kondisi mental, kesehatan fisik pun bisa terganggu. Ada sebuah penelitian dari Current Cardiology Reports pada tahun 2018 di beberapa negara Asia dan Eropa.

Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang yang bekerja melebihi 50 jam setiap minggu, maka mereka berisiko terkena penyakit jantung dan penyakit mempengaruhi suplai darah ke otak. Jam kerja yang terlalu panjang bisa memicu masalah metabolisme.

(-) Menurunkan Produktivitas

Dampak negatif hustle culture selanjutnya adalah membuat produktivitas menurun. Meskipun pada awalnya orang yang menjalaninya berniat untuk menghasilkan lebih banyak karena jam kerja lebih lama.

Tapi, produktivitas kerja bukan tentang melakukan segalanya, tapi melakukan hal yang benar sesuai porsinya.

Cara Mengatasi Dampak Negatif Hustle Culture

Jika karyawan bekerja dalam jam kerja yang panjang, masalahnya bukan pada mereka tapi budaya perusahaan. Maka dari situlah perubahan harus dimulai. Khususnya adalah tentang pengaturan jam kerja, jadwal lembur, dan jadwal shift.

1. Memulai dengan Self Awareness

Self awareness atau kesadaran diri adalah sesuatu yang mendasar untuk dilakukan Ketika seseorang merasa terjebak dalam siklus pekerjaan atau gaya hidup yang tidak sehat. Dengan menyadari jika Anda berada dalam siklus yang tidak tepat, Anda memiliki dasar untuk berubah.

2. Atur Ulang Prioritas

Apakah Anda merasa lelah dan seperti tidak punya waktu selain bekerja? Jika memang terjadi demikian, saatnya atur ulang prioritas. Tentukan apa yang benar-benar penting bagi Anda. Perjelas tujuan Anda dan tuliskan. Luangkan waktu sejenak untuk berpikir tentang prioritas.

3. Tentukan Seperti Apa Hari Ideal Anda

Dengan menetapkan prioritas utama saat ini, selanjutnya Anda bisa menentukan seperti apa hari ideal Anda. Ini adalah tentang manajemen waktu untuk menjalankan project penting tanpa harus berada dalam tekanan konstan.

Apapun pola kerja Anda, entah kerja dari kantor, hybrid working, atau work from home, rencanakan bagaimana Anda dapat menyelesaikan satu per satu tugas.

4. Penuhi Kebutuhan Istirahat

Budaya workaholic berkembang di tengah masyarakat yang kompetitif. Orang yang menjalaninya percaya bahwa kuantitas kerja saat ini pasti akan terbayar suatu hari nanti. Tidak sedikit yang memilih untuk tetap bekerja pada jam istirahat, misalnya untuk melakukan komunikasi dengan klien.

Mengutip studi penelitian yang dilakukan oleh Federal Aviation Administration, istirahat pendek antara sesi kerja yang lebih lama menghasilkan peningkatan 16% kesadaran dan fokus.

Penelitian dari Peretz Lavie tentang ritme ultradian juga sesuai dengan temuan ini. Bahwa sesi produktif yang lebih lama (90 menit) diikuti dengan istirahat pendek (tidak lebih dari 15-20 menit) akan mendukung siklus energi alami kita sepanjang hari.

Alih-alih mengurangi waktu istirahat, menyempatkan diri untuk istirahat ada fase penting untuk membangun energi produktivitas. Jadi, apakah Anda sudah mengoptimalkan jam istirahat agar bisa lebih produktif di jam kerja?

Kesimpulan

Tren hustle culture yang populer dilakukan oleh para pekerja memang terbentuk karena lingkungan yang kompetitif.

Akan tetapi, jika dilihat dari aspek kebijakan perusahaan, seharusnya tetap menyesuaikan ketentuan jam kerja menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah. Begitu juga karyawan wajib mematuhi aturan jam kerja yang disepakati dengan perusahaan.

Bukan hanya formalitas, tapi juga menyesuaikan kapasitas individu secara fisik dan mental dengan tetap fokus dengan hasil yang terukur.

Salah satu hal yang menjadi ukuran kedisiplinan adalah data kehadiran karyawan yang bisa dipantau dengan aplikasi absensi online.

Anda bisa melihat data kehadiran karyawan dengan lebih praktis. Langsung saja coba aplikasi absensi online Kerjoo yang bisa Anda download di PlayStore atau AppStore.

 

bg ads

Aplikasi Absensi Online

Gratis Trial 14 Hari