Technopreneurship adalah istilah bagi enterpreneur yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan solusi nyata di era modern.

Fenomena kemunculan perusahaan berbasis teknologi seperti Gojek, Traveloka, dan Tokopedia menjadi bukti bagaimana kontribusi technopreneurship terhadap ekonomi digital.

Tidak hanya menciptakan produk berbasis teknologi, technopreneurship hadir untuk menawarkan nilai tambah yang relevan dan dibutuhkan.

Contohnya, aplikasi HRIS seperti Kerjoo yang dikembangkan untuk membantu perusahaan mengelola manajemen SDM secara lebih terpusat dan efisien.

Baca artikel selengkapnya untuk mengetahui apa itu technopreneurship, contoh, dan manfaatnya di era industri 5.0 ini.

Mengapa Technopreneurship Penting di Era Digital?

technopreneurship adalah
Ilustrasi technopreneurship di era digital

Istilah technopreneurship mungkin sering dikaitkan dengan dunia startup.

Lebih dari itu, technopreneur adalah kemampuan besar dalam mengubah wajah industri, ekonomi, bahkan kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah penjelasan dari Kerjoo.

Pendorong Inovasi

Sebelum kehadiran technopreneur, mungkin dunia tidak akan mengenal ride hailing seperti Gojek atau Grab.

Oleh karena itu, terchnopreneurship adalah wirausaha yang berhasil menggabungkan ide segar dan teknologi untuk menjawab kebutuhan manusia.

Mereka menciptakan teknologi, bukan sekedar mengadopsi.

Ini membuat posisi technopreneur penting karena dianggap sebagai inovator utama kemunculan solusi berbasis teknologi.

Baik aplikasi HR seperti Kerjoo, atau teknologi lainnya.

Penciptaan Lapangan Kerja

Sektor technopreneurship juga mampu membuka banyak peluang kerja.

Misalnya, dengan lahirnya startup teknologi, muncul posisi baru seperti data scientist, UI/UX designer, hingga cloud engineer.

Ini artinya, technopreneurship nggak cuma menguntungkan satu orang, tapi juga masyarakat luas.

Kerjoo sendiri sebagai platform aplikasi absensi digital lahir karena kebutuhan akan solusi modern untuk manajemen SDM, dan ikut menciptakan peluang kerja bagi talenta teknologi dan tim support.

Pertumbuhan Ekonomi

Technopreneurship punya kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.

Lihat saja bagaimana startup teknologi jadi pendorong utama naiknya PDB digital di banyak negara, termasuk Indonesia.

Dengan daya saing yang tinggi dan inovasi tanpa henti, technopreneurship membantu memperkuat posisi ekonomi nasional di mata dunia.

Penyelesaian Masalah

Technopreneur ibarat kata dapat disamakan dengan problem solver.

Entrepreneur ini tidak hanya memikirkan keuntungan pribadi, tetapi bagaimana teknologi dapat menjadi solusi untuk masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Misalnya, saat ini banyak kemunculang aplikasi e-learning untuk mempermudah akses pendidikan.

Atau platform HRIS yang membantu perusahaan mengelola karyawan dalam jumlah besar dengan sistem kerja beragam seperti hybrid dan remote.

Akselerator Transformasi

Technopreneurship mempercepat adaptasi teknologi di berbagai sektor.

Sektor yang dulunya konvensional, kini bisa lebih efisien berkat sentuhan teknologi.

Contohnya, industri HR yang kini mengadopsi teknologi seperti Kerjoo untuk absensi online, manajemen kinerja, hingga analitik data karyawan.

Tanpa technopreneur, transformasi ini akan jauh lebih lambat.

technopreneurship

Technopreneur vs. Entrepreneur Tradisional

Tadi sempat disinggung, bahwa technopreneurship adalah wirausaha yang menggabungkan inovasi dan teknologi.

Jadi, apakah berbeda dengan entrepeneur pada umumnya?

Tentu. Technopreneurship menjadikan teknologi sebagai inti bisnisnya. Yuk kita bahas satu per-satu perbedaan keduanya.

Technopreneur

Sebagai problem solver, technopreneur mengoptimalkan pemanfaatan teknologi untuk membentuk pasar baru atau bahkan mendisrupsi pasar yang sudah ada.

Jika diproyeksikan pada analisa SWOT, technopreneur akan mengambil peluang di wilayah yang masih abu-abu dengan implementasi teknologi.

Meskipun demikian, technopreneur memiliki potensi besar untuk menjawab kebutuhan manusia akan teknologi.

Contohnya? Tokopedia, Gojek, dan Ruangguru. Semua memanfaatkan teknologi untuk menjawab kebutuhan dengan cara yang benar-benar baru.

Entrepreneur Tradisional

Di satu sisi, entrepreneur tradisional biasanya bermain pada model bisnis yang sudah teruji keuntungannya.

Misalnya membuka restoran, toko baju, atau jasa konvensional.

Fokus mereka ada di bagaimana membuat produk atau layanan yang sudah mapan jadi lebih unggul di pasar.

Tidak jarang, technopreneur melengkapi kebutuhan entrepreneur tradisional, seperti Kerjoo yang menjawab kebutuhan pengelolaan karyawan di berbagai lini industri.

💡
Entrepreneur tradisional membuka usaha yang sudah teruji, technopreneur membuka jalur baru dengan bantuan teknologi.

Karakteristik Utama Seorang Technopreneur dan Bisnisnya

karakteristik technopreneurship

Apa sih yang bikin technopreneur beda dari entrepreneur biasa?

Berikut ciri-ciri utama yang wajib dimiliki seorang technopreneur.

Pola Pikir Inovatif dan Berani Mengambil Risiko

Technopreneur itu visioner. Mereka jeli melihat peluang dari teknologi yang bahkan belum dilirik orang lain.

Dan karena pasar teknologi seringkali belum pasti, technopreneur juga harus siap ambil risiko besar.

Gagal? Bisa. Tapi seorang technopreneurship paham kalau kegagalan itu bagian dari proses menuju sukses.

Pemahaman Teknologi yang Kuat

Seorang technopreneur mungkin bukan engineer, tapi mereka harus paham teknologi yang mereka gunakan.

Minimal, mereka tahu tren teknologi dan potensinya.

Misalnya, seorang founder startup HR tech harus paham bagaimana teknologi seperti Kerjoo bisa membantu otomasi absensi, perhitungan cuti, hingga produktivitas karyawan.

Visioner dan Berorientasi Masa Depan

Technopreneur selalu memiliki pemikiran berorientasi ke masa depan.

Mereka tidak hanya melihat tren hari ini, tapi juga membayangkan seperti apa kebutuhan pasar 5-10 tahun mendatang.

Strategi technopreneurship adalah bagaimana teknologi hari ini bisa mengubah industri besok.

Adaptif dan Fleksibel

Pasar teknologi seringkali cepat berubah.

Technopreneur perlu memiliki prinsip agile, termasuk siap pivot apabila ide awalnya tidak sesuai ekspektasi.

Contohnya, banyak startup yang awalnya fokus satu fitur, tapi kemudian mengembangkan layanan karena kebutuhan pasar.

Berfokus pada Solusi dan Nilai Tambah

Prinsip technopreneurship adalah menciptakan produk yang berorientasi pada solusi dan nilai, bukan hanya untuk pamer.

Produk technopreneur harus menjadi solusi nyata bagi pasar.

Misalnya Kerjoo yang hadir untuk menjawab masalah absensi manual yang rawan kecurangan dan tidak efisien.

Kemampuan Membangun Jaringan dan Tim

Tidak ada technopreneur sukses yang bekerja sendirian.

Sebaliknya, mereka memiliki kemampuan untuk membangun jaringan dengan investor, partner teknologi, dan tentu saja tim multidisiplin.

Tim yang hebat adalah modal utama technopreneur untuk mewujudkan visinya.

technopreneurship adalah

Tahapan dalam Menjadi Technopreneur yang Sukses

Bagaimana? Tertarik untuk menjadi salah satu technopreneur yang sukses?

Namun hal ini tidak bisa didapatkan secara tiba-tiba.

Terdapat lima tahapan penting yang harus dilalui. Simak selengkapnya.

Identifikasi Peluang (Ideasi)

Semua berawal dari ide.

Tapi ide yang hebat lahir dari kemampuan melihat masalah dan peluang di pasar.

Technopreneur sukses selalu memulai dengan pertanyaan:

  • Masalah apa yang bisa aku pecahkan dengan teknologi?

Misalnya, Kerjoo hadir karena banyak perusahaan struggling dengan absensi manual yang memakan waktu dan rentan kecurangan.

Maka dibuatlah solusi absensi online berbasis aplikasi.

Nah, proses identifikasi peluang ini juga wajib didukung dengan riset pasar, cek kompetitor, dan validasi kebutuhan calon pengguna.

Pengembangan Produk/Layanan (R&D dan Prototyping)

Setelah memiliki ide, saatnya menerjemahkannya menjadi produk nyata.

Di tahap ini, technopreneur melakukan riset dan pengembangan (R&D) hingga membuat prototype.

Prototype ini penting untuk uji coba pasar dan dapat feedback.

Jangan takut gagal di tahap ini, karena justru iterasi produk bikin kita makin dekat dengan produk yang diinginkan pasar.

Contoh: Kerjoo terus mengembangkan fitur mulai dari absensi selfie, GPS, hingga integrasi payroll, semua berdasarkan kebutuhan pengguna.

Pengembangan Model Bisnis

Produk bagus tanpa model bisnis yang jelas? Tentu bisa jadi masalah.

Di tahap ini technopreneur harus memikirkan: bagaimana cara produk menghasilkan pendapatan?

Apakah lewat subscription, freemium, lisensi, atau lainnya?

Termasuk strategi marketing, akuisisi pelanggan, hingga rencana operasional supaya bisnis tetap sustain.

Pendanaan dan Sumber Daya

Technopreneurship adalah sebuah inovasi yang seringkali membutuhkan modal besar untuk pengembangan.

Seorang technopreneur perlu memiliki kemampuan untuk mencari pendanaan, mulai dari angel investor, venture capital, crowdfunding, sampai inkubator.

Namun tidak cuma modal saja, mengelola keuangan, sumber daya manusia, dan infrastruktur juga menjadi kunci sukses technopreneurship.

Peluncuran dan Skalasi (Launch & Scaling)

Terakhir, technopreneur perlu meluncurkan produk ke pasar dan mendapatkan feedback langsung dari pengguna.

Di tahap ini, technopreneur juga harus terus berinovasi supaya tidak ditinggal pengguna atau disalip kompetitor.


Tantangan dan Risiko dalam Technopreneurship

tantangan technopreneurship

Meski technopreneur memiliki peluang besar untuk sukses, namun pada kenyataannya ada banyak tantangan dan risiko yang dihadapi.

Kita bahas satu per-satu.

Tingkat Persaingan yang Tinggi

Dunia teknologi itu keras.

Setiap hari lahir startup baru, teknologi baru, ide baru.

Produk bisa saja ditiru atau disalip sama kompetitor apabila tidak ada inovasi sehingga technopreneur harus selalu satu langkah lebih maju.

Pendanaan dan Sumber Daya

Masalah klasik technopreneurship adalah modal.

Ini karena pengembangan teknologi membutuhkan dana yang tidak sedikit, apalagi untuk R&D dan operasional awal.

Disatu sisi, mengambil hati investor juga tidak mudah. Kuncinya adalah membuat MVP, validasi pasar, baru mencari pendanaan.

Kecepatan Perubahan Teknologi

Teknologi hari ini bisa aja besok sudah ketinggalan zaman.

Oleh karena itu, technopreneur harus terus belajar, adaptif, dan nggak takut pivot.

Salah investasi teknologi bisa bikin bisnis ambruk. Jangan lupa, Kerjoo juga terus update fiturnya agar relevan dengan kebutuhan masa kini.

Manajemen Talenta

Cari programmer handal? Data scientist top? Sulitnya setengah mati.

Technopreneur harus pintar menarik dan mempertahankan talenta terbaik. Bukan cuma soal gaji, tapi juga soal budaya kerja dan visi perusahaan.

Regulasi dan Kebijakan

Teknologi seringkali lari lebih cepat dari regulasi. Ini jadi tantangan tersendiri, misalnya di bidang fintech, e-health, atau edutech.

Technopreneur harus cermat membaca arah kebijakan supaya tidak terganjal aturan.

Validasi Pasar dan Adopsi Pengguna

Punya produk bagus? Belum tentu pasar mau pakai.

Technopreneur harus pintar edukasi pasar, bikin produk user-friendly, dan punya value yang jelas.

Seperti Kerjoo yang mengedukasi perusahaan soal pentingnya digitalisasi manajemen absensi.

Contoh Technopreneurship Sukses (Global & Lokal)

Di bawah ini terdapat dua contoh technopreneurship sukses dari skala global dan lokal, antara lain:

Global

  • Google: Inovasi search engine dan teknologi cloud.
  • Amazon: Merombak e-commerce dan teknologi cloud lewat AWS.
  • Meta (Facebook): Disrupsi sosial media dan digital ads.
  • Apple: Inovasi hardware dan ekosistem teknologi.
  • Grab: Solusi transportasi berbasis aplikasi.

Lokal

  • Tokopedia: Marketplace yang memudahkan UMKM go digital.
  • Gojek: Inovasi ride-hailing dan layanan on-demand.
  • Ruangguru: Edutech yang memeratakan akses pendidikan.
  • Traveloka: Disrupsi industri perjalanan dengan teknologi.

Kunci kesuksesan kedua technopreneuship adalah teknologi menjadi inti bisnis untuk memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.


FAQ (Frequently Asked Questions) Seputar Technopreneurship

Beberapa pertanyaan terkait technoppreneurship adalah:

  1. Apakah technopreneurship hanya untuk lulusan IT?

Tentu tidak! Technopreneurship adalah wirausaha yang terbuka untuk semua kalangan dan tidak harus jago bikin coding.

Bagian terpenting dari technopreneurship adalah pemahaman mengenai bagaimana peran teknologi untuk memecahkan masalah.

Banyak technopreneur sukses datang dari latar belakang bisnis, desain, bahkan psikologi, tapi mereka punya visi dan kemauan untuk memahami teknologi.

  1. Apa bedanya technopreneurship dengan inovasi?

Inovasi itu ibarat ide segar atau terobosan baru.

Sementara technopreneurship adalah proses mengkomersialkan ide atau inovasi teknologi itu jadi sebuah bisnis nyata.

Jadi, inovasi adalah bahan bakunya, technopreneurship adalah bagaimana seseorang mengolah bahan baku itu menjadi produk atau layanan yang bernilai ekonomi.

  1. Bagaimana cara memulai technopreneurship tanpa modal besar?

Modal besar memang bisa mempercepat langkah, tapi bukan berarti tanpa modal besar tidak bisa memulai.

  • buat bootstrapping (modal pribadi),
  • kemudian MVP (Minimum Viable Product) untuk validasi ide,

Setelah itu, cari pendanaan dari inkubator, akselerator, angel investor, atau crowdfunding.

  1. Apakah technopreneurship hanya tentang membuat aplikasi?

Tidak sekali. Technopreneurship memiliki cakupan luas.

Bisa di bidang hardware, AI, blockchain, energi terbarukan, biotech, IoT, dan banyak lagi.

Yang penting, ada unsur teknologi sebagai inti dari solusi bisnis yang ditawarkan.

Contohnya, startup di bidang pertanian berbasis IoT juga masuk technopreneurship.

  1. Peran pemerintah dalam mendukung technopreneurship di Indonesia?

Pemerintah Indonesia cukup aktif mendukung technopreneurship, lewat program inkubator, akselerator, pemberian dana hibah, pelatihan digital, hingga kebijakan untuk mendukung ekosistem startup.

Contohnya program BEKRAF, Kemenparekraf, dan berbagai inisiatif digitalisasi UMKM.

Hal ini membantu technopreneur lebih mudah mengembangkan ide mereka.


Kesimpulan

Technopreneurship bukan cuma sekadar tren, tapi sebuah filosofi bisnis yang menggabungkan inovasi teknologi dan keberanian berwirausaha.

Di era digital, technopreneurship menjadi mesin utama yang menggerakkan ekonomi, membuka lapangan kerja, hingga menciptakan solusi bagi berbagai persoalan sosial.

Kalau kamu ingin jadi bagian dari perubahan, memahami dan terjun ke dunia technopreneurship adalah salah satu langkah terbaik.

Dan jangan lupa, Kerjoo adalah contoh nyata bagaimana technopreneurship bisa lahir dari kebutuhan nyata—memberikan solusi untuk manajemen SDM yang lebih modern, efisien, dan transparan.

Jadi, siapkah kamu menjadi technopreneur berikutnya?