Work-Life Balance Setelah Libur Panjang: Kunci Mengatasi Post-Holiday Syndrome
Gejala post holiday syndrome biasa dialami oleh karyawan pada saat kembali kerja setelah liburan ataupun cuti panjang.

Daftar Isi
Gejala post holiday syndrome biasa dialami oleh karyawan pada saat kembali kerja setelah liburan ataupun cuti panjang.
Ini karena selama liburan karyawan tidak terikat dengan tanggung jawab pekerjaan, sehingga lebih fleksibel dalam mengelola waktu.
Dikutip dari Very Well Mind, post holiday syndrome adalah situasi di mana seseorang mengalami penurunan mood dan motivasi setelah kembali dari liburan.
Hal ini sebenarnya wajar dan manusiawi. Post holiday blues biasanya tidak lama dan akan berangsur pulih setelah beberapa waktu.
Namun, apabila perusahaan tidak membantu karyawan beradaptasi, produktivitas mereka di masa transisi bisa terganggu karena merasa burnout dengan pekerjaan.
Di sinilah pentingnya memahami bagaimana cara membangun work-life balance setelah libur panjang.
Dengan pendekatan yang tepat, masa transisi ini dapat menjadi momentum untuk menyusun ulang ritme dan budaya kerja yang lebih positif.
Tidak usah berlama-lama lagi, yuk simak penjelasan Kerjoo sampai akhir!

Bagaimana Mengelola Transisi dari Liburan ke Pekerjaan Tanpa Stres?
Salah satu alasan mengapa post holiday syndrome terjadi adalah keinginan untuk cepat-cepat mengejar target setelah liburan.
Karyawan sering kali langsung menumpuk to do list, membuat target tidak realistis, ataupun membalas ratusan email sekaligus.
Padahal, terburu-buru menyesuaikan ritme kerja seperti sebelum libur panjang bukanlah keputusan yang tepat.
Tubuh dan pikiran membutuhkan waktu untuk readjust. Terdapat dua cara untuk mengembalikan produktivias pasca-libur panjang, yaitu:
- Strategi Slow Start, dan
- 2 Minute Rules. Seperti apa penjelasannya?
Slow start dapat menjadi strategi perusahaan untuk membantu karyawan beradaptasi dengan sistem kerja setelah libur panjang.
Artinya, karyawan tidak perlu langsung ditargetkan memiliki performa tinggi di minggu-minggu pertama setelah cuti.
Sebaliknya, mulailah dengan tugas-tugas ringan seperti menyortir email, merapikan workspace, ataupun menyusun prioritas mingguan.
Ini akan membantu menjaga keseimbangan hidup dan kerja karyawan secara perlahan setelah libur panjang.
Selain itu, berikan motivasi untuk tidak menyalahkan diri sendiri karena belum produktif seperti sebelum libur panjang.
Sebaliknya, gunakan momen ini untuk mengevaluasi apa yang perlu diubah dan menemukan gaya kerja yang lebih suistain ke depannya.
Ambil waktu ataupun catch up ringan untuk membuat to-do list realistis. Sesuaikan dengan ekspektasi kerja karyawan supaya tidak merasa overwhelmed di awal-awal.
Teknik 2-minute rule juga dapat menjadi cara kembali kerja setelah liburan dengan menyelesaikan tugas kecil dalam waktu kurang dari dua menit.
Strategi ini akan memberikan efek psikologis positif karena merasa “berhasil menyelesaikan sesuatu,” dan menumbuhkan motivasi pelan-pelan.
Baca Juga: SMART Goals: Cara Tepat Menetapkan dan Mencapai Tujuan
Manajemen Energi dan Waktu agar Tetap Produktif Tanpa Burnout

Post holiday syndrome dapat dihindari dengan manajemen energi dan waktu yang efektif. Ini membantu karyawan tetap produktif tanpa merasa burnout.
Salah satu teknik manajemen waktu yang terbukti efektif adalah time blocking.
Dikutip dari Asana, time blocking dapat membantu karyawan menjaga keseimbangan hidup dan kerja dengan cara membantu waktu kerja ke blok-blok khusus.
Contohnya, 9.00–10.30 untuk deep work, 10.30–11.00 untuk break, dan seterusnya. Metode ini membantu lebih fokus pada satu tugas dalam satu waktu tanpa gangguan.
Selain itu, gunakan prinsip batched tasks. Ini adalah strategi mengelompokkan pekerjaan sejenis dan perlu dikerjakan sekaligus.
Misalnya, balas semua email dalam satu jam khusus, bukan menyicil di sepanjang hari. Lebih efisien untuk mengembalikan produktivitas pasca-libur panjang.
Jangan lupakan pola makan dan tidur. Kebanyakan pekerja merasa lesu setelah liburan bukan karena malas, tapi pola tidur yang belum kemali normal.
Cukupkan tidur minimal 7–8 jam per malam dan konsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga stamina dan mood.
Hindari juga multitasking berlebihan. Meski terlihat produktif, multitasking bukanlah cara terbaik untuk kembali kerja setelah liburan.
Fokus pada satu hal dalam satu waktu jauh lebih efektif untuk menjaga performa harian karyawan tetap stabil.
Baca Juga: Apa Itu Performance Appraisal? Kenali Tipe dan Manfaatnya
Tips Menjaga Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi Pasca-Liburan

Mengatasi post holiday syndrome setelah libur panjang bukan berarti menuntut waktu kerja jadi lebih pendek atau semua pekerjaan harus menyenangkan.
Ini adalah upaya mengembalikan produktivitas pasca-libur panjang tanpa mengorbankan keseimbangan hidup dan ruang kerja.
Dan tentunya, keduanya dapat dicapai dengan work-life balance setelah libur panjang. Terdapat dua poin yang akan Kerjoo sampaikan.
- Membatasi waktu kerja, dan
- Aktivitas me time.
Keduanya sering kali dilupakan oleh karyawan, sehingga mereka mengalami post holiday blues berkepanjangan.
Langkah pertama adalah memberikan batasan waktu kerja, terutama bagi karyawan yang bekerja dari rumah.
Contohnya, tentukan jadwal kerja dari pukul 09.00–17.00 dan patuhi itu. Setelah lewat dari waktu itu, hindari buka email kerja atau membahas urusan kantor. Ini akan memberi otak sinyal bahwa “waktunya istirahat”.
Gunakan aplikasi absensi online Kerjoo untuk mengelola karyawan dengan berbagai sistem kerja, baik hybrid, WFO, ataupun WFH.
Teknologi face recognition dan geotagging membantu transparansi kehadiran, sehingga manajemen jadwal kerja tetap terstruktur dan efektif.
Selanjutnya, jangan lupakan aktivitas me-time. Lakukan hobi yang menyenangkan, seperti berkebun, menggambar, membaca buku, atau sekadar jalan sore.
Aktivitas seperti ini memberi jeda emosional yang dibutuhkan agar pikiran tidak terus menerus sibuk dengan pekerjaan.
Kalau merasa mulai jenuh atau kehilangan arah, berani untuk mengambil jeda sejenak dengan mengambil cuti pendek atau sekadar log off lebih awal dari biasanya. Ingat, kesehatan mental dan fisik lebih penting daripada target sesaat.
Peran Perusahaan dalam Mendukung Masa Transisi Karyawan

Perusahaan juga punya peran besar dalam membantu karyawan melewati fase post holiday blues dengan lebih smooth.
Sayangnya, banyak perusahaan masih menuntut produktivitas tinggi pasca-libur panjang tanpa mempertimbangkan masa adaptasi.
Padahal, langkah sederhana seperti memberikan fleksibilitas jam kerja bisa berdampak besar. Misalnya, memperbolehkan karyawan mulai kerja lebih siang di minggu pertama atau menerapkan sistem hybrid sementara waktu.
Perusahaan juga bisa mengadakan kegiatan santai di minggu pertama, seperti coffee talk, ice-breaking games, atau sesi refleksi tim.
Aktivitas ini bukan hanya menyenangkan, tapi juga membantu karyawan merasa lebih terhubung kembali dengan rekan kerja dan lingkungan kantor.
Selain itu, penting bagi HR atau manajer untuk menyesuaikan workload dan deadline. Jangan langsung tumpuk pekerjaan atau meeting sejak hari pertama. Berikan ruang bagi karyawan untuk menyesuaikan diri secara bertahap.
Gunakan aplikasi absensi online Kerjoo untuk memantau kinerja karyawan dengan Fitur Timesheet.
Fitur ini memungkinkan perusahaan menjadwalkan proyek, sekaligus catatan pekerjaan karyawan yang dapat dipantau langsung oleh supervisor.
Terakhir, pastikan ada akses ke layanan mental health support, baik dalam bentuk konseling profesional maupun training pengelolaan stres.
Ini bukan hanya investasi untuk jangka pendek, tapi juga membentuk budaya kerja yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Mengalami post-holiday syndrome setelah liburan panjang itu wajar. Namun perlu diatasi untuk menjaga produktivitas pasca-libur panjang.
Masa transisi ini bisa menjadi peluang bagi perusahaan dan karyawan untuk mengevaluasi ritme kerja, membentuk kebiasaan dan kembali ke pekerjaan dengan semagat baru.
Cara kembali kerja setelah liburan dapat dimulai dengan langkah-langkah kecil, sepert mengatur ulang waktu kerja, menjaga kesehatan, beri ruang untuk diri sendiri, dan bangun kembali batas kerja yang sehat.
Perusahaan perlu hadir sebagai support system—bukan tekanan tambahan—di masa adaptasi ini.
Gunakan aplikasi absensi online Kerjoo untuk manajemen kehadiran dan produktivitas karyawan yang lebih efektif.
Ada beragam fitur yang dapat meningkatkan kualitas kerja karyawan, termasuk presensi dengan face recognition, laporan pekerjaan, dan kunjungan klien untuk tim dengan mobilitas tinggi.
Karyawan juga dapat mengajukan cuti setengah hari, izin jam, izin hari, ataupun klaim secara mandiri via aplikasi mobile.

Aplikasi Absensi Online
Gratis Trial 14 Hari